Lingkungan

Mangrove, Sang Penjaga Iklim yang Kini Semakin Terancam

UNHAS.TV – Hutan mangrove bukan sekadar lanskap indah di pesisir pantai, tetapi juga benteng alami dalam menghadapi perubahan iklim global.

Dengan kemampuannya menyerap karbon dioksida hingga lima kali lebih besar dibandingkan hutan daratan, mangrove berperan penting dalam mengurangi efek gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.

"Selain itu, vegetasi unik ini juga berkontribusi dalam menghasilkan oksigen yang mendukung kehidupan makhluk hidup di sekitarnya," jelas Ketua Prodi Teknik Kelautan Unhas Dr Ir Chairul Paotonan ST MT.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change menyebutkan bahwa ekosistem mangrove menyimpan sekitar 10% cadangan karbon dunia meskipun hanya mencakup kurang dari 1% luas total hutan global.

Hal ini menunjukkan bahwa kelestarian mangrove berperan krusial dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Namun, ironisnya, luas hutan mangrove terus menyusut akibat konversi lahan menjadi tambak, pemukiman, serta eksploitasi yang tidak berkelanjutan.

Selain menjadi penyerap karbon yang efektif, hutan mangrove juga memiliki peran ekologis penting dalam melindungi garis pantai dari abrasi.

Akar-akar kuat yang menjulang ke dalam lumpur bertindak sebagai perisai alami, meredam gelombang besar dan mencegah erosi pantai.

Hal ini telah dibuktikan dalam berbagai penelitian, termasuk studi dari International Journal of Disaster Risk Reduction, yang menemukan bahwa kawasan dengan mangrove yang sehat memiliki tingkat kerusakan lebih rendah akibat badai dan tsunami dibandingkan daerah tanpa vegetasi ini.

"Namun, tantangan besar masih menghadang dalam pelestarian ekosistem mangrove. Selain abrasi alami, ancaman terbesar berasal dari aktivitas manusia," kata Chairul.

Perambahan lahan untuk kepentingan industri perikanan dan pembangunan infrastruktur pesisir sering kali mengabaikan pentingnya keberadaan mangrove.

Di Indonesia sendiri, data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat bahwa sekitar 52% hutan mangrove telah mengalami degradasi akibat ulah manusia.

Berbagai upaya rehabilitasi telah dilakukan, termasuk program restorasi yang melibatkan komunitas lokal dan organisasi lingkungan. Beberapa inisiatif sukses seperti program rehabilitasi mangrove di pesisir Kalimantan dan Sulawesi menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, ekosistem ini dapat dipulihkan.

Bahkan, penelitian terbaru dari Global Environmental Change menyatakan bahwa penanaman kembali mangrove dapat mulai menyerap karbon dalam waktu kurang dari satu dekade setelah restorasi.

Dengan kesadaran yang semakin meningkat tentang pentingnya mangrove, harapan masih ada untuk melindungi benteng hijau pesisir ini.

Langkah nyata dari pemerintah, ilmuwan, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa mangrove tetap menjadi penjaga iklim sekaligus rumah bagi berbagai spesies laut dan darat.

Sebab, kehilangan mangrove bukan hanya berarti hilangnya ekosistem pesisir, tetapi juga ancaman besar bagi keseimbangan iklim global. 

Simak selengkapnya di video ini: