News

Mengapa Ada yang Puasa Sampai 21 Jam?

MAKASSAR, UNHAS.TV - Selama Bulan Ramadhan, umat Muslim di seluruh dunia diwajibkan menahan haus dan lapar dari fajar hingga matahari terbenam.

Namun, tak semuanya menjalankan puasa dengan waktu yang sama. Di beberapa negara, umat Muslim menjalankan puasa selama 9 jam sehari. Di negara lainnya bahkan puasa hingga 20 jam.

Khusus di Indonesia dan negara sekitarnya, umat Muslim menahan haus dan lapar selama sekitar 13 jam. Tidak terlalu lama juga tidak terlalu singkat.

Guru Besar Fisika Teoritik Universitas Hasanuddin Prof DR Tasrief Surungan MSc menjelaskan, akar dari perbedaan lama puasa antarnegara karena panjang waktu siang dan malam di setiap wilayah juga berbeda.

Perbedaan ini muncul karena pengaruh gerak rotasi Bumi terhadap sumbu rotasinya yang tidak tegak lurus dengan sumbu revolusinya. Bumi berotasi agak miring dari sumbunya, sebesar 23,5 derajat dari garis edar Bumi di sistem tata surya kita.

Menurut Prof Tasrief, pada wilayah belahan Bumi bagian utara, selama musim panas, hari-hari menjadi lebih panjang, sehingga puasanya lebih lama. Sedangkan selama musim dingin, waktu siang lebih singkat sehingga waktu puasa juga singkat.

Awal waktu berpuasa juga tidak sama di setiap negara karena umat Islam menerapkan kalender yang penanggalannya berdasarkan peredaran Bulan dan bukan Syamsiah (berdasarkan masa revolusi Bumi terhadap matahari). Inilah perbedaan mendasar antara tahun Masehi dan tahun Hijriah.

Persitiwa siang dan malam di Bumi terjadi karena Bumi berputar terhadap porosnya. Ketika satu wilayah terkena berhadapan dengan sinar matahari, maka saat itulah disebut siang. Wilayah lainnya yang mendapat sinar matahari, itu disebut malam hari.

Adapun yang disebut revolusi Bumi adalah gerakan Bumi saat mengelilingi matahari, yang juga memengaruhi lamanya siang dan malam. Dengan demikian, perbedaan durasi puasa antar negara dapat dijelaskan secara ilmiah melalui fenomena gerak rotasi dan revolusi Bumi yang memengaruhi durasi siang dan malam.

Rahmatia