Internasional

Mengapa Pakistan dan Taliban Baku Tembak?

Konflik Pakistan dan Taliban

MAKASSAR,UNHAS.TV- Sejak pagi hari Sabtu (29/12), wilayah perbatasan Pakistan dan Afghanistan menjadi saksi bentrokan hebat dan baku tembak antara tentara Pakistan dan pasukan Taliban.

Aljazeera melaporkan (30/12) bahwa meningkatnya permusuhan antara Pakistan dan Afghanistan selama seminggu terakhir telah mengakibatkan tewasnya sedikitnya satu anggota pasukan keamanan Pakistan dan puluhan warga sipil di Afghanistan.

Pertempuran lintas batas terbaru ini bermula dari apa yang Pakistan tegaskan sebagai tanggapannya terhadap serangan rutin oleh kelompok bersenjata Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), yang menurut Islamabad telah menemukan tempat berlindung di seberang perbatasan di Afghanistan. Serangan TTP terbaru, pada tanggal 21 Desember, menyebabkan tewasnya sedikitnya 16 tentara Pakistan.

Namun, apa sebenarnya penyebab ketegangan ini, dan bagaimana dua sekutu lama bisa mencapai tahap konflik militer?

Akar Ketegangan: Kelompok Tehrik-i-Taliban Pakistan (TTP)

Akar utama dari konflik ini kembali ke kelompok Tehrik-i-Taliban Pakistan (TTP). Kelompok ini, yang muncul dari gerakan Taliban Afghanistan selama perang di negara tersebut, selama bertahun-tahun berperan sebagai sekutu dekat Taliban Afghanistan. Tehrik-i-Taliban Pakistan, yang sebagian besar terdiri dari pasukan asal Pakistan, menyatakan tujuan utamanya adalah menggulingkan pemerintah Pakistan dan mendirikan pemerintahan Islam di negara itu.

Dengan naiknya pemerintahan Taliban di Afghanistan, TTP mendapatkan posisi yang lebih kuat dan meningkatkan aktivitasnya di wilayah perbatasan. Anggota kelompok ini, yang bermarkas di wilayah Afghanistan, secara terus-menerus melancarkan serangan terhadap pasukan keamanan Pakistan.

Dampak Ketegangan terhadap Kawasan

Berlanjutnya konflik antara kedua negara ini meningkatkan risiko terjadinya ketidakstabilan lebih lanjut di kawasan tersebut. Selain ancaman langsung terhadap keamanan perbatasan, perselisihan antara kedua negara ini dapat memiliki dampak mendalam pada hubungan diplomatik dan kerja sama regional.

Selama dua dekade, Pakistan dan Afghanistan adalah sekutu dekat. Jadi, mengapa hubungan mereka sekarang begitu tegang?

Ketika Taliban mengambil alih kekuasaan di Kabul pada Agustus 2021, Sheikh Rashid Ahmad, Menteri Dalam Negeri Pakistan, mengadakan konferensi pers yang penuh kemenangan di perlintasan Torkham dengan Afghanistan.

Ia mengklaim bahwa kebangkitan cepat Taliban ke tampuk kekuasaan akan "menciptakan blok baru" dan kawasan tersebut akan mendapatkan signifikansi global yang besar. Perdana Menteri Pakistan saat itu, Imran Khan, menyamakan kembalinya Taliban ke kekuasaan dengan "mematahkan belenggu perbudakan."

Selama hampir 20 tahun, Taliban di Afghanistan melancarkan pemberontakan yang kompleks dan berkelanjutan, yang pada satu titik menghadapi koalisi lebih dari 40 negara yang dipimpin oleh Amerika Serikat di Afghanistan.

Pada masa itu, para pemimpin dan pejuang Taliban menemukan tempat perlindungan di dalam Pakistan, terutama di wilayah-wilayah yang berbatasan dengan Afghanistan.

Para pemimpin Taliban juga hadir dan beroperasi di kota-kota besar Pakistan seperti Quetta, Peshawar, dan kemudian Karachi.

Banyak pemimpin Taliban dan sebagian besar pejuang mereka adalah lulusan sekolah-sekolah agama Islam di Pakistan, termasuk Darul Uloom Haqqania, di mana, menurut laporan, Mullah Mohammad Omar, pendiri gerakan Taliban, pernah belajar di madrasah tersebut.

Di Pakistan, Taliban menemukan ekosistem yang memperkuat hubungan organik mereka di berbagai lapisan masyarakat Pakistan, memungkinkan mereka untuk kembali terorganisir dan memulai pemberontakan mematikan yang dimulai sekitar tahun 2003. Tanpa dukungan dan tempat perlindungan di Pakistan, pemberontakan Taliban yang berhasil sangat tidak mungkin terjadi.

Dengan latar belakang ini, apa yang menjelaskan memburuknya hubungan bilateral baru-baru ini? Militer Pakistan pekan ini melakukan serangan udara di dalam wilayah Afghanistan. Apakah serangan ini dapat dianggap sebagai satu-satunya bukti terbaru dari ketegangan antara Islamabad dan Taliban?

Faktor Sejarah dan Situasi Terkini

Afghanistan memiliki sejarah yang rumit dengan Pakistan. Meskipun Pakistan menyambut Taliban di Kabul sebagai sekutu alami dan menggunakan retorika nasionalis untuk menarik dukungan yang lebih luas dari masyarakat Afghanistan, pemerintah Taliban menunjukkan bahwa mereka kurang kooperatif dengan Pakistan dibandingkan yang diharapkan. Para pemimpin Taliban berambisi untuk bertransformasi dari kelompok pejuang menjadi pemerintahan yang berdaulat dan membangun hubungan luar negeri yang melampaui ketergantungan pada Pakistan.

Perbatasan Durand, sebuah perbatasan era kolonial yang membagi wilayah dan komunitas antara Afghanistan dan Pakistan modern, tidak pernah secara resmi diakui oleh pemerintah mana pun di Afghanistan sejak berdirinya Pakistan pada tahun 1947. Garis Durand diakui sebagai perbatasan internasional antara kedua negara dan Pakistan hampir sepenuhnya telah memasang pagar di sepanjang perbatasan tersebut. Namun, di Afghanistan, Garis Durand menjadi isu emosional karena memisahkan komunitas Pashtun di kedua sisi perbatasan.

Pemerintah Taliban pada tahun 1990-an tidak mengakui Garis Durand, dan rezim Taliban saat ini mengikuti jejak pendahulunya. Di Pakistan, isu ini dianggap sebagai gangguan dan tantangan terhadap doktrin "kedalaman strategis" Pakistan di Afghanistan.

Dengan keberhasilan Taliban di Afghanistan, tampaknya pemberontakan bersenjata kini telah bergeser ke Pakistan. Sejak tahun 2022, serangan terhadap pasukan keamanan dan polisi Pakistan—terutama di provinsi Khyber Pakhtunkhwa dan Balochistan—telah meningkat secara signifikan.

Kelompok yang dikenal sebagai "Tehrik-i-Taliban Pakistan" (TTP), atau sering disebut Taliban Pakistan, bertanggung jawab atas sebagian besar serangan ini. TTP dan Taliban Afghanistan selama bertahun-tahun telah menjalin hubungan simbiosis, sering kali berbagi tempat perlindungan, taktik, dan sumber daya di Waziristan serta wilayah lain di Pakistan yang berbatasan dengan Afghanistan.

Menurut laporan Al Jazeera, setelah tahun 2001, Pakistan memperlakukan Taliban Afghanistan sebagai teman untuk melemahkan setiap rasa nasionalisme Pashtun dan berharap dapat memanfaatkan pengaruhnya terhadap Taliban dalam perkembangan di Afghanistan serta dalam hubungan dengan Amerika Serikat.

Pada tahun 2011, Michael Mullen, komandan militer AS saat itu, menyatakan bahwa jaringan Haqqani—salah satu elemen utama Taliban Afghanistan—adalah "kepanjangan tangan yang sesungguhnya" dari badan intelijen militer Pakistan yang dikenal sebagai ISI (Inter-Services Intelligence).

Para analis memperkirakan bahwa dukungan Pakistan terhadap Taliban untuk merebut kekuasaan di Afghanistan akan mengarah pada “kemenangan yang merugikan (Pyrrhic victory)”, di mana kelompok-kelompok pejuang di Pakistan dan aktor-aktor non-negara lainnya menjadi pemenang sejati dan, akibatnya, semakin berani.



Apakah pisau itu memotong gagangnya sendiri?
Apakah pisau itu memotong gagangnya sendiri?


Sikap Pemerintah Pakistan dan Respons Taliban Afghanistan

Pakistan, sebagai salah satu sekutu lama Taliban, telah meminta pemerintah sementara Afghanistan untuk menangkap dan menyerahkan anggota TTP kepada mereka. Namun, Taliban Afghanistan menolak memenuhi permintaan ini, yang menyebabkan ketegangan mencapai puncaknya.

Pemerintah Afghanistan tidak hanya menolak membatasi aktivitas TTP, tetapi juga sikap diam dan perlawanan Taliban terhadap tekanan Pakistan telah menyebabkan perbedaan ini berkembang menjadi konflik militer.

Tidak mungkin Pemerintah Afganistan akan menerima permintaan Pakistan untuk mengambil tindakan terhadap para pemimpin "Tehrik-i-Taliban Pakistan" (TTP) di wilayah perbatasan Afghanistan dengan Pakistan.

Penting untuk dicatat bahwa tindakan semacam itu akan mengganggu keseimbangan hubungan Pemerintah Afganistan dengan TTP dan membuka ruang bagi kelompok ekstremis lain, seperti Islamic State Khorasan Province (ISKP).

Para pemimpin Afganistan menggunakan logika yang sama seperti yang digunakan Pakistan selama hampir dua dekade, yaitu menolak permintaan pemerintah Afghanistan sebelumnya dan Amerika Serikat untuk membatasi aktivitas Taliban di wilayah mereka sendiri. Seperti yang dilakukan Pakistan pada masa itu, Pemerintah Afganistan kini berpendapat bahwa TTP adalah masalah domestik Pakistan dan Islamabad harus menyelesaikan masalahnya sendiri di dalam negeri.

Sebuah Prediksi

Militer Pakistan kemungkinan besar akan melanjutkan pemboman di wilayah Afghanistan tanpa menghadapi konsekuensi berarti dan hanya menerima kecaman internasional yang ringan.

Sayangnya, terdapat prioritas mendesak di tingkat internasional. Israel, dengan dalih ancaman keamanan, melakukan serangan udara lintas batas. Selain itu, militer Pakistan, yang telah lama dianggap sebagai penjaga keamanan negara, berada di bawah tekanan besar untuk menunjukkan tindakan nyata dalam menghadapi pelanggaran dan melindungi infrastruktur negara, termasuk proyek-proyek ekonomi yang didanai oleh investasi Tiongkok di Balochistan. Menyerang wilayah Afghanistan memungkinkan pemerintah mengarahkan pesan politik kepada rakyat Pakistan dengan berfokus pada “musuh” aktif eksternal. Hal ini juga melindungi pemerintah dari tekanan tuntutan domestik yang semakin meningkat untuk pemberdayaan politik dan sosial-ekonomi, terutama dari komunitas Pashtun di Pakistan.

Sementara itu, Rezim Taliban di Afghanistan kekurangan sumber daya, angkatan bersenjata yang terorganisir, dan keterlibatan internasional yang berarti untuk melawan Pakistan.

Pada Maret 2024, salah satu pemimpin senior militer Taliban mengatakan bahwa Amerika Serikat masih mempertahankan kendali atas wilayah udara Afghanistan, yang menjelaskan kehadiran sporadis drone Amerika di langit Afghanistan.

Meskipun para pemimpin rezim Taliban telah berjanji untuk melakukan “pembalasan”, belum jelas bagaimana mereka dapat melakukannya terhadap negara tetangga yang memiliki kekuatan militer besar dan sekaligus merupakan pendukung strategis jangka panjang mereka.

Pakistan juga mempertahankan pengaruh lain atas Taliban: sebagian besar perdagangan menuju Afghanistan, yang terkurung daratan, dilakukan melalui Pakistan, dan Pakistan telah menjadi tuan rumah bagi jutaan pengungsi Afghanistan selama beberapa dekade.

Namun, tindakan militer Pakistan di dalam Afghanistan memicu sentimen anti-Pakistan di kalangan rakyat Afghanistan dan menimbulkan kebencian lebih besar di antara komunitas Pashtun di Pakistan. Seperti yang ditunjukkan oleh kasus Afghanistan, pemberontakan sering kali didorong oleh kemarahan sosial, ketidakberdayaan, dan kekecewaan kaum muda.

Kesimpulan

Apa pun dan bagaimana pun  konflik terbaru antara Pakistan dan Afghanistan adalah contoh kompleksitas hubungan antara kedua negara ini. Meskipun Taliban dan Pakistan telah menjadi sekutu selama bertahun-tahun, perbedaan pendapat mengenai kelompok TTP telah membawa hubungan ini ke titik krisis. Berlanjutnya situasi ini dapat membawa dampak negatif yang lebih besar terhadap keamanan dan stabilitas regional, kecuali jika kedua pihak mencapai solusi bersama tanpa campur tangan dari pihak luar seperti Amerika Serikat dan Israel.(*)