UNHAS.TV - Setiap bulan Ramadan, umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa dan menunaikan ibadah sunah salat tarawih dengan penuh kekhusyukan.
Namun, perbedaan mengenai jumlah rakaat salat tarawih sering menjadi perbincangan. Ada yang menjalankan 8 rakaat, ada pula yang memilih 20 rakaat. Lantas, manakah yang lebih utama?
Di Indonesia, dua pendapat utama mengenai jumlah rakaat tarawih berkembang di masyarakat. Pendapat pertama berpegang pada hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah RA, bahwa Rasulullah SAW tidak pernah melaksanakan salat malam lebih dari 11 rakaat, baik di bulan Ramadan maupun di luar Ramadan.
Dari hadits ini, banyak yang berkesimpulan bahwa salat tarawih sebaiknya dilakukan sebanyak 8 rakaat, dan ditambah dengan 3 rakaat witir.
Di sisi lain, ada pula pendapat yang merujuk pada praktik salat tarawih di masa Khalifah Umar bin Khattab. Saat itu, Umar bin Khattab mengumpulkan umat Islam untuk melaksanakan tarawih secara berjamaah sebanyak 20 rakaat.
Praktik salah 20 rakaat ini kemudian diikuti oleh generasi-generasi setelahnya dan menjadi kebiasaan di banyak negara, termasuk Indonesia.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan, Prof Dr KH Najmuddin Abd Safa Lc MA, menegaskan bahwa kedua pendapat ini memiliki dalil yang kuat, sehingga tidak perlu diperdebatkan.
“Hadits Aisyah yang menyebutkan 11 rakaat adalah hadits sahih, tetapi itu tidak spesifik berbicara tentang tarawih saja. Sementara itu, salat tarawih 20 rakaat memiliki landasan kuat dalam ijma sahabat di masa Khalifah Umar bin Khattab,” jelasnya.
Lebih lanjut, Prof Najmuddin menekankan bahwa perbedaan ini seharusnya tidak menjadi sumber perpecahan di kalangan umat Islam.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan, Prof Dr KH Najmuddin Abd Safa Lc MA
“Nabi SAW sendiri tidak membatasi jumlah rakaat dalam salat tarawih. Yang terpenting adalah keikhlasan dalam menjalankan ibadah,” tambahnya.
Dalam ajaran Islam, amalan baik yang dilakukan secara istiqamah lebih utama daripada jumlah rakaat yang diperdebatkan. Sejumlah ulama sepakat bahwa salat tarawih, baik 8 maupun 20 rakaat, tetap merupakan ibadah sunnah yang membawa pahala besar bagi yang menjalankannya dengan ikhlas dan penuh kekhusyukan.
Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai metode ibadah tetap dipertahankan sesuai dengan tradisi di masing-masing daerah. Di beberapa masjid, jemaah diberikan pilihan untuk mengikuti tarawih 8 rakaat atau 20 rakaat.
Hal itu menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang fleksibel dan menghargai keberagaman praktik ibadah selama tidak keluar dari tuntunan syariat.
Penting untuk diingat bahwa esensi dari ibadah Ramadan, termasuk tarawih, bukan sekadar jumlah rakaat, melainkan bagaimana seorang Muslim dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ramadan adalah bulan penuh berkah yang memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk meningkatkan kualitas ibadah dan memperbaiki diri.
Jadi, apakah 8 rakaat atau 20 rakaat yang lebih utama? Jawabannya kembali kepada masing-masing individu. Yang terpenting adalah menjalankan ibadah dengan penuh keimanan, keikhlasan, dan konsistensi.
Karena dalam setiap rakaat yang dikerjakan dengan hati yang tulus, ada pahala dan keberkahan yang melimpah dari Allah SWT.
(Iffa Aisyah Rahman/Unhas.TV)