Saintek

Coelacanth: Legenda Purba di Laut Dalam Maluku

Pada suatu pagi yang hening di Oktober 2024, dua penyelam ilmiah turun perlahan ke kedalaman laut Maluku Utara. Tak ada riuh kapal wisata, tak ada gelembung suara selain hembusan napas mereka sendiri melalui alat bantu berteknologi tinggi.

Turunan lereng vulkanik yang curam membawa mereka melewati dunia setengah gelap—hingga akhirnya pada kedalaman 152 meter, suhu air menurun tajam menjadi 19 derajat Celsius, dan tekanan terasa menekan tubuh. Di titik senyap itu, sesuatu yang tak terduga muncul: seekor ikan purba coelacanth hidup, mengambang pelan di antara batu dan spons.

Itulah saat yang akan tercatat dalam sejarah ilmiah Indonesia: pertemuan pertama dengan seekor coelacanth hidup di laut Maluku, dan yang pertama kali direkam langsung oleh penyelam manusia di habitat aslinya.

Ikan itu bukan sembarang ikan. Ia adalah Latimeria menadoensis, kerabat jauh makhluk vertebrata pertama yang merangkak dari laut ke darat sekitar 400 juta tahun lalu.

Selama berabad-abad, spesies ini dianggap punah—hingga satu individu ditemukan di Mozambik tahun 1938. Di Indonesia, kehadiran coelacanth baru terungkap pada 1997 di pasar ikan Manado. Kini, 27 tahun kemudian, ia kembali menyapa manusia—bukan di laboratorium atau pasar, tapi di habitat aslinya yang tersembunyi jauh di bawah laut Maluku.

Temuan monumental ini kemudian dipublikasikan dalam makalah ilmiah berjudul First record of a living coelacanth from North Maluku, Indonesia, yang terbit di jurnal Scientific Reports pada April 2025.

Para penulisnya—Alexis Chappuis, I Gede Hendrawan, M. Janib Achmad, Gaël Clément, Mark V. Erdmann, Frensly D. Hukom, Julien Leblond, dan Gino V. Limmon—menyebut penemuan ini sebagai tonggak baru dalam pemahaman biogeografi dan ekologi spesies langka tersebut.

Alexis Chappuis dan Julien Leblond dari asosiasi UNSEEN awalnya tidak mencari legenda laut. Mereka tengah memetakan ekosistem mesofotik—zona antara 60 hingga 150 meter—yang dikenal sebagai rumah bagi spesies laut yang unik dan belum banyak dijelajahi.

Tapi saat menyusuri lereng vulkanik yang curam dan kompleks, pada kedalaman 144 meter mereka melihat seekor ikan besar mengambang pelan. Panjangnya sekitar 1,1 meter, sirip dorsalnya tegak sempurna.

>> Baca Selanjutnya