Pendidikan

Pakar dari Unhas: Indonesia Bisa Contoh Jepang dan Tiongkok Merawat Identitas Lokal

MAKASSAR, UNHAS.TV - Indonesia adalah negeri yang penuh harmoni dan keberagaman. Dari Sabang hingga Merauke, setiap sudutnya menyimpan kekayaan budaya yang tak ternilai. 

Kebudayaan Indonesia tidak hanya menjadi identitas bangsa, tetapi juga cerminan warisan kolektif yang diwariskan dari generasi ke generasi. 

Namun, di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi, pertanyaan besar muncul: Bagaimana kebudayaan Indonesia mampu bertahan dan berkembang di era ini?

Pada acara Unhas Speak Up di Unhas TV, budayawan dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin Dr Andi Faisal MHum menyoroti pentingnya inovasi dalam pengelolaan kebudayaan. 

Menurutnya, era modernisasi dan globalisasi tidak harus dilihat sebagai ancaman, melainkan peluang untuk mengembangkan budaya lokal secara kreatif.

"Budaya bukan sekadar sesuatu yang dilestarikan, melainkan harus dikembangkan,” ujar Dr Andi Faisal. Di Sulawesi Selatan, misalnya, muncul berbagai komunitas anak muda yang aktif menggali dan mengangkat nilai-nilai lokal dalam seni pertunjukan maupun dunia digital. 

Teknologi, menurutnya, adalah alat strategis untuk memperluas jangkauan budaya lokal tanpa kehilangan nilai-nilai inti.

Salah satu tantangan terbesar dalam melestarikan kebudayaan adalah semakin hilangnya basis budaya, seperti sumber daya alam dan ruang sosial masyarakat. 

Pembangunan yang tidak terkendali, seperti alih fungsi hutan menjadi pusat perbelanjaan, mengikis fondasi budaya yang selama ini menjadi penopang identitas masyarakat.

Selain itu, dunia politik sering kali menjadi faktor yang memecah belah kebudayaan. Ketidakselarasan visi antar pemimpin dan masyarakat membuat kebudayaan kehilangan arah. 

Keragaman budaya Indonesia seharusnya menjadi kekayaan yang dijaga, bukan menjadi sumber konflik.

Menurut Andi Faisal, kolaborasi lintas sektor adalah langkah strategis untuk memperkuat kebudayaan. Pekerja seni, media, ilmuwan, dan masyarakat umum harus bekerja bersama untuk mengembangkan budaya lokal. 

Anak muda, misalnya, mulai menunjukkan kesadaran tinggi terhadap pentingnya budaya, namun sayangnya masih bergerak dalam kelompok kecil. Kolaborasi yang melibatkan lebih banyak pihak dengan tujuan yang sama diyakini mampu membawa budaya Indonesia lebih dikenal di tingkat global.

Faisal juga menekankan pentingnya keterbukaan dalam menghadapi perubahan. Negara seperti Jepang dan Tiongkok, yang dulunya menutup diri, kini menjadi negara maju karena keterbukaan mereka terhadap pengaruh luar tanpa kehilangan identitas lokal. 

Indonesia dapat belajar dari pengalaman ini untuk tetap mempertahankan nilai-nilai inti budaya, tetapi dengan kemasan yang modern.

Demi memastikan kebudayaan tetap relevan, menurut Faisal, diperlukan langkah-langkah konkret, seperti: Menggali potensi budaya lokal yang belum tereksplorasi; Menggunakan teknologi dan media untuk memperkenalkan budaya ke audiens yang lebih luas; Membangun kolaborasi antara sektor seni, akademik, dan media untuk inovasi budaya; Serta menjaga keseimbangan antara modernisasi dan nilai-nilai moralitas.

Faisal mengajak semua elemen masyarakat untuk berperan aktif dalam menggali, mengembangkan, dan memperkenalkan budaya Indonesia ke dunia internasional. 

"Kita hidup di masa kini, sehingga harus menghubungkan budaya kita dengan teknologi dan dinamika sosial modern agar berkembang secara maksimal," pungkasnya.

Indonesia memiliki potensi budaya yang luar biasa. Dengan visi yang sama dan langkah yang konkret, kekayaan budaya kita tidak hanya akan bertahan tetapi juga menjadi kekuatan besar di tengah arus globalisasi. 

"Mari bergandengan tangan, menjaga identitas, dan bersama-sama memajukan kebudayaan kita," ujarnya di akhir obrolan.(*)

Rizka Fraja (Unhas TV)