SIDRAP, UNHAS.TV - Petani milenial yang tergabung dalam Wija Paggalung Community di Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap, menjalin kemitraan dengan Universitas Hasanuddin (Unhas) untuk mengatasi masalah hama dan penyakit padi yang telah meresahkan selama lima tahun terakhir.
Melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPMU-PK-M), tim dari Fakultas Pertanian Unhas mengimplementasikan sistem pertanian digital "DiGi Farming" untuk meningkatkan produksi dan produktivitas serta kesejahteraan petani setempat.
Kegiatan sosialisasi dan diseminiasi teknologi DiGifarm & AI yang dilaksanakan pada hari Minggu 22 Juni 2025. Lokasi program dipusatkan di Kantor Komunitas Wija Paggalung Kecamatan Baranti, yang berjarak sekitar 200 km dari Makassar.
Hadir dalam kegiatan adalah Muhammad Junaid, PhD (Ketua)., bersama dua anggota tim, Prof. Dr. Ir. Andi Nasruddin, M.Sc., dan M. Bayu Mario, S.P., M.P., M.Sc.
Kegiatan sosialisasi ini juga dihadiri oleh 3 Kepala Desa sekaligus (Abbokongge, Tonrong, dan Tonrong Rijang), Babinsa dan Binmas Kec. Baranti, Kepala BPP Kulo, Penyuluh Pertanian setempat, dan Ketua dan seluruh anggota Komunitas berjumlah 50 petani Wija Paggalung.

Tim Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin bersama anggota Wija Paggalung Community, pemerintah desa, dan aparat setempat berpose bersama usai kegiatan sosialisasi teknologi DiGi Farming berbasis IoT dan AI dalam rangka Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPMU-PK-M) di Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap, Minggu (22/6).
"Masalah utama yang dihadapi petani di sini dalam lima tahun terakhir adalah serangan penyakit yang mirip kresek dan penyakit blas," ujar Muhammad Junaid, PhD.
Lebih lanjut disampaikan bahwa banyak teknologi yang telah dihasilkan, tetapi sedikit yang bisa diserap dan diadopsi petani.
Kekuatan dari pengabdian ini adalah teknologi IoT yang mudah dioperasionalkan yang mengintegrasikan internet dengan penggunaan CCTV, sensor, AI dan Smart phone yang sudah menjadi kebutuhan utama setiap petani milenial.
"Melalui inovasi DiGi Farming, kami berupaya memberikan solusi berbasis teknologi yang presisi dan mudah diakses oleh para petani milenial," ujarnya.
Mereka melakukan pemantauan populasi penyakit tanaman padi secara real time sehingga mereka dapat mengambil keputusan untuk pengendalian secara presisi.
“Kita ingin menjadikan petani sebagai aktor utama pengelolaan tanaman sehat dimana mereka yang melakukan perencanaan, mengamati dan memutuskan pengendalian hama dan penyakit tanaman padi,” tambahnya.
Sistem DiGi Farming & AI merupakan solusi pertanian milenial yang mengandalkan pengambilan keputusan berbasis data (data-driven decision-making). Deteksi Dini: Di lahan pertanian dipasang sensor dan kamera CCTV canggih untuk memantau kondisi tanaman dan lingkungan secara real-time.
Data yang terkumpul kemudian dianalisis oleh kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi tanda-tanda awal penyakit, seperti Blas, Hawar daun, Tungro, atau kekurangan nutrisi. Penggunaan sensor untuk deteksi dini keberadaan tikus di lapangan.
Rekomendasi Cerdas: Berdasarkan analisis data dan prediksi cuaca, sistem IoT dan AI akan memberikan rekomendasi tindakan kepada petani. Ini mencakup pengelolaan irigasi, pemupukan presisi, hingga metode pengendalian hama dan penyakit yang terukur, seperti penyemprotan yang efisien.
Akses Mudah: Seluruh data dan peringatan dini dapat diakses dengan mudah oleh petani melalui aplikasi di smartphone mereka.
Kemitraan ini terjalin secara resmi dengan "Wija Paggalung Community," sebuah perkumpulan petani milenial yang telah berbadan hukum.
Burdin Heri, selaku sekretaris komunitas, menyatakan kesiapan pihaknya untuk bekerja sama dalam menyukseskan program ini demi mengembangkan produk dan mencapai tujuan sosial lainnya.
Program ini tidak hanya bertujuan untuk mengatasi hama dan penyakit, tetapi juga untuk memberdayakan petani melalui pelatihan berkelanjutan yang didasarkan pada hasil analisis data setiap siklus panen. Diharapkan, penerapan teknologi ini dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen.(*)