MAKASSAR, UNHAS.TV- Lai Ching-te, Presiden
Taiwan, meskipun dalam situasi penuh ketegangan, menyatakan dukungannya
terhadap hubungan yang setara dan saling menghormati dengan China.
Menurut laporan kantor berita Reuters (1/1)
bahwa dalam konferensi pers Tahun Baru, Lai Ching-te mengatakan bahwa Taiwan
menyambut baik pertukaran yang setara, bermartabat, dan sehat dengan China.
Namun, ia juga menyampaikan keraguannya tentang kesiapan Beijing untuk
melakukan dialog semacam itu.
Lai menyoroti pembatasan yang diberlakukan
pada wisatawan dan pelajar China yang ingin masuk ke Taiwan. Ia mengatakan,
“Warga negara China dapat bepergian tanpa masalah ke negara-negara seperti
Amerika Serikat dan Jepang, tetapi menghadapi berbagai pembatasan luas ketika
ingin ke Taiwan.”
Presiden Taiwan menambahkan bahwa hal ini
tidak mencerminkan niat baik China terhadap Taiwan.
China menganggap Taiwan sebagai salah satu
provinsinya dan menentang segala bentuk upaya separatisme serta dukungan
diplomatik terhadap pulau tersebut.
Namun demikian Presiden Taiwan tetap ingin
menegaskan bahwa Taiwan berharap dapat menjalin pertukaran yang sehat dan
teratur dengan China berdasarkan prinsip saling menghormati.
Taiwan dan China telah beberapa kali saling
menuduh satu sama lain menerapkan pembatasan perjalanan dan pariwisata.
Penekanan Taiwan pada "Hak untuk
Menentukan Nasib Sendiri"
Lai juga menegaskan kembali posisi dan hak Taiwan
untuk menentukan nasib sendiri. Ia menyerukan kepada kekuatan-kekuatan
pro-demokrasi untuk bersatu menghadapi ancaman dari negara-negara otoriter.
Dalam hal ini, ia menyinggung kerja sama militer antara China dan Rusia di
kawasan Indo-Pasifik.
Sejak menjabat sebagai Presiden Taiwan pada
Mei 2024, Lai telah beberapa kali menawarkan dialog dengan China, tetapi hingga
kini upayanya belum membuahkan hasil.
China
menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan memandang Lai sebagai
seorang “separatis”.
Presiden China,
Xi Jinping, dalam pesan Tahun Baru, kembali menegaskan klaim negaranya atas
Taiwan. Ia menyatakan bahwa tidak ada yang dapat menghentikan penyatuan kembali
China dan Taiwan. Xi juga menambahkan bahwa rakyat China di kedua sisi Selat
Taiwan adalah satu keluarga, dan tidak ada yang bisa memutuskan ikatan
tersebut.
Dari sudut
pandang China (Tiongkok), ‘penyatuan kembali’ Taiwan merupakan tonggak penting
bagi legitimasi partai dan keberlangsungan kekuasaan. Pandangan Tiongkok yang
terus berlanjut bahwa Taiwan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
wilayahnya memaksa Partai Komunis Tiongkok (PKT) untuk mempertahankan pengakuan
terhadap ‘Prinsip Satu Tiongkok’ dan mencegah kemerdekaan resmi Taiwan.
China menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri dan harus bersatu kembali dengan daratan utama, bahkan jika perlu dengan menggunakan kekuatan militer.

Tidak ada yang dapat menghentikan penyatuan kembali China dan Taiwan. (Foto/REUTERS)
Kesiapan China
untuk Melakukan Manuver Militer Lebih Lanjut di Sekitar Taiwan
Dalam beberapa
tahun terakhir, China telah meningkatkan aktivitas militernya di sekitar
Taiwan. Pada pertengahan Desember 2024, China menggelar salah satu latihan
militer terbesar di sekitar Taiwan.
Latihan
tersebut melibatkan simulasi serangan terhadap kapal dan pemblokiran laut,
dengan partisipasi sekitar 90 kapal perang dan kapal penjaga pantai China.
Aktivitas terbaru ini dianggap sebagai respons atas kunjungan Presiden Taiwan
ke kawasan Pasifik.(*)