MAKASSAR, UNHAS.TV - Mantan Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof. Basri Hasanuddin, menekankan pentingnya orientasi pada kualitas dan independensi bagi calon Rektor Unhas periode 2026–2030.
Pesan tersebut disampaikan dalam acara yang berlangsung di Hotel Santika, Makassar, Senin (3/11/2025). Saat ini berlangsung proses penentuan calon rektor baru di lingkungan Kampus Merah.
Dalam arahannya, Prof. Basri menegaskan bahwa pemilihan rektor harus didasarkan pada aspirasi otentik civitas akademika Unhas, tanpa campur tangan dari pihak luar.
Menurutnya, rektor yang terpilih nanti harus benar-benar mewakili suara kampus dan memiliki visi yang berorientasi pada peningkatan kualitas akademik, riset, dan tata kelola universitas.
“Rektor yang terpilih haruslah benar-benar diwakili oleh kampus, atas aspirasi dari kampus itu sendiri. Dan siapapun yang terpilih harus quality oriented, yaitu berorientasi pada kualitas,” ujar Prof. Basri.
Pesan itu disampaikan dengan nada tegas, mengingat dinamika pemilihan rektor kerap diwarnai tarik menarik kepentingan.
Mantan Duta Besar Indonesia untuk Iran ini mengingatkan agar seluruh pihak yang terlibat dalam proses seleksi tetap menjunjung tinggi integritas akademik, transparansi, dan semangat kekeluargaan khas Unhas.
Dalam kesempatan yang sama, ia juga menitipkan pesan agar rektor terpilih nantinya mampu menjaga independensi kampus. “Rektor yang terpilih harus tetap menjaga independensi Unhas, serta melindungi diri dari semua bentuk intervensi yang bisa masuk,” kata guru besar FEB Unhas.
Ia menambahkan, tantangan perguruan tinggi ke depan tidak hanya pada aspek akademik dan riset, tetapi juga pada kemampuan menjaga kepercayaan publik.
Oleh karena itu, ia menilai kepemimpinan rektor sangat menentukan arah masa depan universitas, terutama dalam menjaga reputasi dan otonomi lembaga.
“Integritas adalah benteng pertama sebuah universitas,” tuturnya. “Begitu independensi goyah, maka nilai akademik dan moral universitas akan ikut terganggu.”
Prof. Basri Hasanuddin dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah Unhas. Ia menjabat sebagai Rektor Universitas Hasanuddin selama dua periode, yakni pada 1989–1997.
Di luar kampus, kiprahnya juga menonjol di tingkat nasional. Ia pernah dipercaya sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan Republik Indonesia pada 1999–2000.
Sebagai sosok akademisi senior, Prof. Basri dikenal konsisten memperjuangkan prinsip kemandirian dan kemurnian akademik. Dalam pandangannya, perguruan tinggi negeri seperti Unhas harus menjadi pusat intelektual yang bebas dari tekanan politik maupun kepentingan ekonomi jangka pendek.
Pesan Prof. Basri ini menjadi pengingat penting bagi seluruh calon rektor Unhas yang akan bersaing dalam proses seleksi periode 2026–2030.
Ia berharap para kandidat tidak sekadar menawarkan program unggulan, tetapi juga memperlihatkan komitmen terhadap nilai-nilai dasar universitas: integritas, kualitas, dan independensi.
“Unhas adalah rumah besar bagi semua,” ujar Prof. Basri menutup pesannya. “Kita semua berkewajiban menjaga agar rumah ini tetap berdiri kokoh, bermartabat, dan menjadi kebanggaan bangsa.”
(Amina Rahma Ahmad / Unhas TV)
Mantan Rektor Unhas Prof Basri Hasanuddin, menekankan pentingnya orientasi pada kualitas dan independensi bagi calon Rektor Unhas periode 2026–2030. (dok unhas.tv)





-300x187.webp)


