Budaya

Ribuan Jamaah Padati Haul Akbar ke-58 Thareqat Khalwatiyah Samman Maros, Dirangkaikan Maulid Nabi



Suasana khidmat Haul Akbar ke-58 Thareqat Khalwatiyah Samman di Bumi Pattene, Maros, yang dirangkaikan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H, Sabtu (13/9/2025). Para ulama, tokoh masyarakat, dan pejabat pemerintah duduk bersama di panggung utama, menegaskan ukhuwah Islamiyah serta komitmen menjaga warisan spiritual Syeikh Muhammad Saleh Puang Lompo.
Suasana khidmat Haul Akbar ke-58 Thareqat Khalwatiyah Samman di Bumi Pattene, Maros, yang dirangkaikan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H, Sabtu (13/9/2025). Para ulama, tokoh masyarakat, dan pejabat pemerintah duduk bersama di panggung utama, menegaskan ukhuwah Islamiyah serta komitmen menjaga warisan spiritual Syeikh Muhammad Saleh Puang Lompo.(Kredit:Syamsir Nadjamuddin).


Jejak Panjang Khalwatiyah Samman di Nusantara

Thareqat Khalwatiyah Samman memiliki akar sejarah panjang di Sulawesi Selatan. Thareqat ini berkembang sejak abad ke-18 melalui ulama-ulama besar yang membawa ajaran tasawuf ke bumi Nusantara.

Syeikh Muhammad Saleh Puang Lompo, yang haulnya diperingati, dikenal sebagai wali mursyid yang menekankan pentingnya dzikir berjamaah, adab terhadap guru, dan kesungguhan dalam ibadah.

Di berbagai daerah, termasuk Maros, thareqat ini tidak hanya menjadi jalan spiritual, tetapi juga wadah sosial. Jamaah terlibat dalam kegiatan ekonomi, pendidikan agama, hingga aksi kemanusiaan.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana ajaran tasawuf dapat berpadu dengan dinamika kehidupan modern, memberi arah bagi umat Islam dalam menghadapi tantangan materialisme dan disrupsi budaya.

Makna Haul: Dari Peringatan ke Inspirasi

Bagi jamaah, haul bukan hanya ritual tahunan. Ia adalah ruang mengenang jasa ulama sekaligus momentum memperkuat identitas spiritual.

“Kami hadir bukan sekadar untuk mengenang, tetapi untuk meneguhkan kembali ajaran para wali mursyid dalam kehidupan sehari-hari,” ujar seorang jamaah asal Bone yang datang bersama rombongan keluarganya.

Dalam tradisi Islam, haul merupakan cara menjaga kesinambungan ilmu dan barakah ulama. Jamaah meyakini bahwa mengenang keteladanan syekh mursyid berarti memperbaharui komitmen pada nilai-nilai Islam yang berakar pada cinta, kesabaran, dan persaudaraan.

Relevansi untuk Umat Islam dan Masyarakat

Di tengah arus globalisasi dan krisis spiritual yang kerap dirasakan generasi muda, kegiatan seperti Haul Khalwatiyah Samman menjadi penyejuk sekaligus pengingat.

Tradisi ini mengajarkan bahwa Islam bukan sekadar dogma, melainkan jalan hidup yang menekankan keseimbangan antara akal, hati, dan amal.

Bagi umat Islam, haul dan maulid mempertegas pentingnya menjaga silsilah keilmuan (sanad) dan menghormati para ulama sebagai penjaga tradisi.

Sementara bagi masyarakat umum, acara ini memperlihatkan kekuatan kebersamaan dan modal sosial yang bisa menjadi inspirasi dalam memperkuat kohesi sosial.

Ukhuwah yang Menembus Batas

Haul Akbar ke-58 ini ditutup dengan doa bersama dan lantunan salawat. Ribuan jamaah menengadahkan tangan, memohon keberkahan dan keselamatan bangsa.

Di tengah perbedaan latar belakang, jamaah, ulama, dan pejabat duduk bersama tanpa sekat, membentuk lingkaran ukhuwah yang menembus batas sosial dan politik.

Momentum ini mengingatkan bahwa spiritualitas tidak berhenti di ruang masjid atau majelis zikir, melainkan meluas ke ruang sosial.

Haul bukan sekadar mengenang, tetapi membangkitkan kembali kesadaran bahwa Islam hadir untuk mempererat persaudaraan, memperkuat moral masyarakat, dan menebar rahmat bagi seluruh umat manusia.

Laporan: Syamsir Nadjamuddin