Makassar
News
Pendidikan

Seminar Kementerian ESDM, Rektor Unhas: Hilirisasi Bukan Soal Produksi, Tapi Soal Harga Diri Bangsa

HILIRISASI. Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa menyerahkan cinderamata kepada Rektor Universitas Paramadina dan anggota Satgas Hilirisasi Energi & Ketahanan Energi Nasional Kementerian ESDM Prof Didik J Rachbini di sela pembukaan seminar di Arsjad Rasjid Lecture Teatre, Kampus Unhas, Makassar, Jumat (7/11/2025). (dok unhas.tv)

MAKASSAR, UNHAS.TV - Rektor Universitas Hasanuddin, Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc membuka seminar nasional bertema Hilirisasi Energi untuk Masa Depan: Membangun Kedaulatan dari Timur dengan pernyataan yang memantik tepuk tangan panjang dari audiens.

“Hilirisasi bukan soal harga produksi, tapi soal harga diri bangsa,” ujarnya lantang dihadapan seratusan peserta di Arsjad Rasjid Lecture Teatre, Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar, Jumat (8/11/2025).

Seminar ini dilangsungkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Satuan Tugas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional (PHKEN) dan berkolaborasi dengan Unhas TV sebagai penyelenggara. 

Kalimat itu menjadi pusat perhatian forum yang dihadiri Rektor Universitas Paramadina sekaligus penasihat Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional, Prof. Didik Junaidi Rachbini MSc PhD, bersama perwakilan Kementerian ESDM.

Jamaluddin menegaskan, hilirisasi bukan sekadar urusan teknis ekonomi, melainkan simbol martabat bangsa. “Kalau bahan mentah seperti kakao atau mente dari Indonesia diekspor, lalu kita beli lagi cokelat merek asing dengan harga 20 kali lipat, di mana harga diri kita?” katanya.

Rektor Unhas yang akrab disapa JJ itu menilai hilirisasi harus diletakkan dalam bingkai nasionalisme baru. “Downstreaming is about dignity. Ini bukan hanya urusan industri, tapi keberanian bangsa berdiri di atas kakinya sendiri,” ujarnya disambut ratusan tepuk tangan mahasiswa.

Dalam forum itu, Jamaluddin juga menyinggung perlunya percepatan kerja sama lintas lembaga. Ia mencontohkan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Unhas dan Paramadina yang berlangsung hanya “sepuluh menit setelah makan siang”.

“Bukan lagi yang kuat mengalahkan yang lemah, tapi yang cepat mengalahkan yang lambat,” ujarnya. “Kebanggaan saya, Unhas dan Paramadina mencatat rekor MURI: sepuluh menit langsung tanda tangan kontrak.”

Jamaluddin menekankan bahwa era birokrasi lamban sudah lewat. Menurutnya, universitas harus menjadi motor inovasi yang lincah. “Sekarang tidak ada lagi universitas yang bisa bekerja sendiri. Kemitraan adalah kunci,” katanya.

Unhas sendiri, kata guru besar ilmu kelautan dan perikanan ini, tengah menyiapkan beragam program hilirisasi, mulai dari pengembangan industri kakao hingga produksi mobil listrik Engi-Move buatan mahasiswa Teknik.

“Kalau di Jawa belum banyak mobil listrik, biarlah produk Unhas menembus pasar Jawa,” ujar Jamaluddin disambut tawa hadirin.

Jamaluddin menegaskan komitmen Unhas mengawal hilirisasi di kawasan timur Indonesia. “Kami siap menjadi garda depan. Ini bukan cuma tentang cokelat dan kopi, tapi keberanian memproduksi sendiri apa yang kita miliki,” katanya.

Ia menambahkan, semangat hilirisasi juga berarti keberanian memperluas cakrawala inovasi. “Unhas bahkan siap membuat pesawat sendiri kalau perlu. Jangan sampai rektor terganggu jadwal karena pesawat,” ujarnya berseloroh.

Pandangan Ekonom Didik Rachbini

Sementara itu, Prof. Didik Junaidi Rachbini menanggapi pandangan Rektor Unhas dengan mengaitkannya pada kebijakan industri nasional. “Saya setuju dengan Pak Rektor. Hilirisasi itu bukan soal teknis, tapi soal strategi kebangsaan,” ujar Didik.

Menurut Didik, Indonesia mengalami kemunduran industri dalam dua dekade terakhir. “Zaman Pak Harto, industri tumbuh 10 persen, ekonomi naik 7 persen. Sekarang industri hanya tumbuh 3 persen. Ini masalah serius,” ujarnya.

Ia menegaskan hilirisasi harus menjadi bagian dari transformasi industri nasional, bukan hanya jargon politik. “Kalau ekspor kita masih bahan mentah, nilainya tak akan pernah naik. Harus ada nilai tambah dari dalam negeri,” katanya.

Didik juga menyambut baik semangat kemitraan yang digaungkan Unhas. “Ini contoh konkret sinergi kampus dan kebijakan. Kalau semua universitas meniru langkah cepat seperti Unhas, percepatan hilirisasi akan terasa,” ujar ekonom senior itu.

Seminar ditutup dengan sesi foto bersama antara para narasumber dan peserta. Bagi Jamaluddin Jompa, hilirisasi bukan sekadar agenda ekonomi, tapi jalan menuju martabat bangsa.

“Kalau masih bangga beli Silver Queen dari Singapura, kita belum berdaulat. Hilirisasi adalah jalan menuju kemandirian Indonesia,” pungkasnya. (*)