Kesehatan
News

Skoliosis, Lebih Banyak Dialami Wanita Dibandingkan Pria, Ini Penjelasan Dokter?




Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Dr dr Yose Waluyo SpKFR MS-K. (dok unhas.tv)


Meskipun perempuan lebih rentan, bukan berarti kondisi ini tidak bisa dikendalikan. Kuncinya terletak pada deteksi dini dan penanganan yang tepat.

Pemeriksaan rutin postur tubuh, skrining di sekolah, serta konsultasi dengan dokter spesialis jika terdapat keluhan seperti nyeri punggung, bahu tidak sejajar, atau pinggul yang tampak miring, sangat penting dilakukan.

Penanganan skoliosis sendiri tergantung pada tingkat keparahannya. Pada kasus ringan, dokter biasanya merekomendasikan latihan postur dan fisioterapi.

Sedangkan pada kurva yang lebih besar, pasien mungkin akan disarankan menggunakan brace untuk mencegah kelengkungan bertambah.

Operasi sebagai pilihan terakhir, hanya dilakukan jika skoliosis mengancam fungsi organ tubuh seperti paru-paru dan jantung.

Gaya hidup pun turut berperan. Kebiasaan duduk miring, membawa tas berat di satu sisi, atau terlalu lama membungkuk di depan layar tanpa istirahat bisa memperburuk kelainan ini.

Karena itu, penting bagi remaja — khususnya perempuan — untuk mulai memperhatikan postur tubuh, aktif bergerak, serta mengonsumsi makanan yang cukup kalsium dan vitamin D untuk menjaga kekuatan tulang.

Dokter Yose menutup wawancara dengan sebuah imbauan, “Jangan tunggu sakit untuk peduli. Sekali tulang belakang melengkung, sangat sulit kembali lurus sempurna. Tapi bisa dikendalikan sejak dini kalau ada kesadaran."

Meski wanita lebih rentan mengalami skoliosis, bukan berarti mereka harus hidup dalam ketakutan. Dengan edukasi, pemeriksaan rutin, dan gaya hidup sehat, skoliosis dapat dikendalikan dan kualitas hidup tetap terjaga.

Kenapa demikian, karena tubuh yang tegak, bukan hanya soal postur, tapi juga simbol keberanian untuk menjaga diri sendiri.

(Venny Septiani Semuel / Unhas.TV)