News
Polhum

Tangis Xanana Gusmao di Panggung ASEAN

undefined

UNHAS.TV - Wajah Perdana Menteri Xanana Gusmão tiba-tiba sembab. Saat berdiri bersama Presiden José Ramos-Horta dan Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, ia tampak menahan haru.

Di tengah riuh tepuk tangan para pemimpin kawasan, Xanana mengambil tisu dari saku jasnya, mengusap matanya yang basah.

Minggu (26/10/2025), sejarah berputar pelan. Timor Leste resmi menjadi anggota ke-11 ASEAN. Prosesi penerimaan berlangsung khidmat: para kepala negara menandatangani deklarasi penerimaan, disaksikan tamu-tamu kehormatan dari berbagai belahan dunia.

Mulai dari Presiden Brasil, Lula da Silva, hingga Perdana Menteri Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa.

Dua dekade setelah meraih kemerdekaan dengan darah dan air mata, Timor Leste akhirnya diterima dalam keluarga Asia Tenggara, sebuah kawasan yang dulu menatapnya dengan curiga, kini menyambutnya dengan hangat.

Perjalanan Timor Leste untuk menjadi bagian dari ASEAN bukanlah jalan lurus. Sejak mengajukan permohonan pada 2011, negara kecil berpenduduk 1,6 juta jiwa ini harus menunggu lebih dari satu dekade untuk mendapatkan pengakuan penuh.

Saking sulitnya masuk ASEAN, Presiden Ramos Horta sempat berseloroh: “Lebih mudah masuk surga, ketimbang masuk ASEAN.”

Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim menyebut masuknya Timor Leste “melengkapi keluarga ASEAN” dan mencerminkan semangat inklusivitas serta takdir bersama.

“Kekuatan ASEAN tidak terletak pada keseragaman,” ujar Anwar, “melainkan pada keyakinan bahwa rasa hormat dan nalar masih mempersatukan kita.”

Di sisi lain, Xanana Gusmão berbicara dengan nada yang sarat emosi. Baginya, momen ini bukan sekadar pencapaian diplomatik, tetapi penegasan atas jati diri sebuah bangsa yang lahir dari penderitaan dan keberanian.

“Bagi rakyat Timor Leste, ini bukan hanya mimpi yang menjadi nyata, tetapi juga penegasan atas perjalanan kami. Perjalanan yang ditempa oleh ketangguhan, tekad, dan harapan,” katanya.

“Kami bergabung dengan ASEAN dengan kerendahan hati dan kebanggaan,” ujarnya. “Kami berkomitmen penuh pada nilai-nilai dasar ASEAN, rasa saling menghormati, kerja sama damai, persatuan dalam keberagaman, dan solidaritas regional.”

Dari Ragu Menjadi Percaya

Awalnya, banyak pihak yang menganggap Timor Leste belum siap. Perekonomiannya bergantung pada minyak dan gas dari Celah Timor, infrastrukturnya terbatas, sementara kapasitas birokrasi belum mapan.

Negara-negara seperti Singapura dan Myanmar bahkan menilai Dili berisiko menjadi “beban administratif” bagi ASEAN yang setiap tahun menggelar ratusan pertemuan lintas sektor.

Namun Timor Leste tidak menyerah. Dukungan datang dari Indonesia, Filipina, dan Malaysia. Dili mengirim delegasi ke berbagai forum ASEAN sebagai observer, membentuk tim diplomasi khusus, dan perlahan memperkuat institusi pemerintahnya.

Puncaknya terjadi pada KTT ASEAN di Labuan Bajo tahun 2023, ketika Indonesia menjadi ketua. Di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, ASEAN menge-sahkan roadmap keanggotaan bagi Timor Leste, dengan prinsip “progressive and inclusive integration.” Saat itulah, arah sejarah mulai berubah.

Kini, saat KTT berlangsung di Kuala Lumpur, niat baik itu resmi dikukuhkan. Timor Leste bergabung secara penuh. Tepuk tangan menggema, bendera baru dikibarkan, dan air mata mengalir di wajah mereka yang telah menunggu terlalu lama.

Kedewasaan Indonesia

Dari semua negara anggota, posisi Indonesia paling menonjol. Dua dekade lalu, hubungan Jakarta–Dili masih dibayangi luka pendudukan dan referendum 1999 yang berujung perpisahan berdarah. Kini, Indonesia tampil sebagai sponsor utama integrasi Timor Leste ke ASEAN.

Diplomasi Jakarta bukan sekadar gestur politik, melainkan strategi jangka panjang. Indonesia memahami bahwa tetangga yang stabil adalah kunci bagi keamanan di perbatasan Nusa Tenggara Timur. Integrasi ekonomi kawasan juga membuka peluang bagi investasi dan kerja sama baru.

Lebih dari itu, dukungan Indonesia adalah cermin kedewasaan dalam politik luar negeri. Ia memilih untuk menutup luka masa lalu dengan jembatan persaudaraan. Saat beberapa negara masih berhitung untung-rugi, Indonesia tampil sebagai “kakak besar” yang memberi ruang bagi saudara mudanya untuk tumbuh.

Presiden Ramos-Horta menyebut Indonesia sebagai “penjaga moral ASEAN. “Tanpa Indonesia,” ujarnya, “mimpi ini mungkin masih jauh. Kami datang bukan untuk membebani, tetapi untuk belajar dan berkontribusi.”

Simbol Rekonsiliasi dan Harapan Baru

Keanggotaan Timor Leste bukan sekadar ekspansi ASEAN, melainkan ujian kedewasaan moral kawasan. Ia menunjukkan bahwa solidaritas dan pengakuan bisa menembus batas sejarah, bahkan luka masa lalu.

Bagi Timor Leste, ini adalah awal dari perjalanan baru: membangun ekonomi yang tangguh, memperkuat institusi demokrasi, dan menegaskan posisinya di jantung Asia Tenggara.

Bagi Indonesia, ini adalah pembuktian bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada dominasi, melainkan pada kemampuan untuk memaafkan dan membimbing.

Dari Labuan Bajo hingga Dili, dari luka menjadi pelukan, sejarah berputar dengan lembut. Dua bekas musuh kini duduk di meja yang sama, menandatangani mimpi bersama, tentang Asia Tenggara yang lebih utuh, stabil, dan beradab.