MAKASSAR, UNHAS.TV - Tim Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) Universitas Hasanuddin meluncurkan program Artistry Inclusion di ruang rehabilitasi psikososial Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Dadi Makassar.
Program ini menjadikan seni sebagai medium pendampingan individu pasca gangguan mental, dengan tujuan meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian.
Ketua tim, Hildayanti, menjelaskan bahwa gagasan program muncul dari pertemuan salah satu anggota tim dengan pasien yang telah dinyatakan pulih secara klinis namun masih bertahan di rumah sakit.
“Mereka terhambat kembali ke masyarakat karena dua hal: penolakan keluarga akibat stigma dan beban ekonomi, serta ketakutan menghadapi penilaian publik,” ujarnya, Jumat (19/9/2025) pekan lalu.
Untuk merespons persoalan itu, tim merancang Artistry Inclusion dengan pendekatan PERMA—Positive Emotion, Engagement, Relationship, Meaning, Accomplishment.
Pendekatan ini diterjemahkan dalam berbagai aktivitas kreatif, seperti Raport Rise, Kinder Joy’s, Dream Scrapbook, Vibe Motion Fitness, hingga Handicraft Horizons. Kegiatan terakhir akan menampilkan karya peserta dalam bentuk pameran.
Pelaksanaan program berlangsung dengan pendampingan intensif. Tim berupaya menciptakan suasana yang aman dan inklusif agar peserta lebih nyaman bersosialisasi.
Pada awalnya, sebagian masih ragu ikut serta karena minder dan stigma. Namun, perlahan perubahan mulai tampak.
“Kami melihat perkembangan yang menggembirakan. Peserta yang tadinya enggan berinteraksi kini lebih berani, bahkan menemukan makna baru lewat kegiatan seni,” kata Hildayanti.
Selain melatih keterampilan, program ini menekankan pentingnya hubungan sosial dan rasa pencapaian. Aktivitas berkelompok mendorong peserta saling mendukung, sementara karya seni yang dihasilkan memberi mereka ruang untuk mengekspresikan diri.
Bagi tim PKM, keberhasilan ini menjadi bukti bahwa ruang kreatif mampu mempercepat proses reintegrasi sosial.
Pihak RSKD Dadi menyambut baik inisiatif mahasiswa Unhas tersebut. Program ini dinilai melengkapi pendekatan medis dengan sentuhan psikososial yang lebih humanis.
“Kami mengapresiasi langkah mahasiswa. Kreativitas semacam ini sangat membantu pasien untuk kembali menemukan percaya diri,” ujar salah satu tenaga rehabilitasi rumah sakit.
Tim PKM berharap Artistry Inclusion dapat berlanjut, tidak hanya di RSKD Dadi, tetapi juga diinstansi lain yang memiliki misi serupa.
“Harapan kami, masyarakat tidak lagi menghakimi kondisi teman pulih, tetapi memberi dukungan dan penerimaan. Bersama-sama kita bisa membantu mereka untuk bangkit dan berdaya,” tutur Hildayanti.
Dengan pendekatan seni dan keterlibatan komunitas, program ini menandai upaya baru dalam memutus rantai stigma yang selama ini membayangi penyintas gangguan mental. (*)