Kesehatan
News

Tips agar Hati Tetap Sehat, Waspada dengan Perlemakan Hati Non-alkoholik




Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Hepatologi Unhas Dr dr Rini R Bachtiar SpPD-KGEH MARS FINASIM. (dok Unhas.TV)


Namun bukan hanya virus yang harus diwaspadai. Perlemakan hati non-alkoholik (NAFLD) kini menjadi epidemi baru. Studi dari Hepatology Communications (2021) menyebut bahwa NAFLD kini diderita sekitar 25% populasi dunia.

“Lemak di hati itu bisa datang dari kelebihan kalori yang tidak terbakar. Akibatnya, hati berubah seperti spons yang dipenuhi minyak,” jelas dokter yang juga Konsultan Gastroenterologi Hepatologi ini. 

Langkah preventif paling sederhana adalah memperbaiki pola makan dan berolahraga. Olahraga juga membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan trigliserida.

“Makanan bergizi seimbang, rendah gula, rendah lemak jenuh, dan kaya serat bisa membantu kerja hati. Ditambah olahraga teratur—minimal 30 menit per hari—bisa mencegah penumpukan lemak,” terang dokter Spesialis Penyakit Dalam ini

Ia menambahkan, masyarakat harus membiasakan detoksifikasi alami lewat hidrasi cukup dan istirahat yang cukup. “Tidak perlu konsumsi herbal atau suplemen mahal. Hati bisa pulih asal diberi kesempatan,” ujarnya.

Dalam jurnal Liver International (2020), disebutkan bahwa hati memiliki kapasitas regenerasi yang sangat tinggi, bahkan setelah mengalami kerusakan hingga 70%.

Selain itu, masyarakat diimbau untuk menghindari obat-obatan tanpa resep, terutama yang hepatotoksik.

Penggunaan obat anti nyeri, suplemen tidak jelas, hingga jamu yang mengandung bahan kimia bisa menjadi ancaman tersembunyi.

“Apalagi jika diminum rutin tanpa pemantauan dokter. Banyak kasus gagal hati yang berawal dari sini,” tambahnya.

Pemeriksaan fungsi hati juga disarankan dilakukan secara berkala, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko.

Tes darah sederhana seperti AST, ALT, dan pemeriksaan HBsAg atau Anti-HCV bisa menjadi langkah awal untuk mendeteksi gangguan hati sejak dini.

Dokter Rini menjelaskan untuk menjaga hati ternyata bukan perkara rumit. Namun, dibutuhkan konsistensi dan kesadaran.

Seperti kata pepatah Latin: mens sana in corpore sano—jiwa yang sehat hanya bisa hidup dalam tubuh yang sehat. Maka dari itu, sebelum tubuh memberi sinyal bahaya, ada baiknya kita mulai merawat “jantung kehidupan” ini sejak sekarang.

(Venny Septiani Semuel / Unhas.TV)