Mahasiswa
News
Pendidikan

Todd Dias: Makassar dan Australia Terhubung Sejak Ratusan Tahun, Bukan 76 Tahun

Konsul Jenderal Australia di Makassar Todd Dias saat menghadiri Makasar MUN 2025 di Studio Unhas TV, Gedung Science Techno Park Universitas Hasanuddin, Jumat (14/11/2025). (dok unhas.tv/venny)

MAKASSAR, UNHAS.TV - Rangkaian kegiatan Makassar Model United Nation (MUN) 2025 menghadirkan sebuah talkshow maritim yang membahas warisan budaya bahari, keberlanjutan sumber daya, dan tantangan kelautan global.

Talkshow bertema “Ancient Wisdom, Modern Conservation” ini berlangsung di Studio Unhas TV, Gedung Science Techno Park, Kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) Tamalanrea, Makassar, Jumat (14/11/2025).

Sesi ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Konsul Jenderal Australia di Makassar, Todd Dias, serta dua akademisi Unhas yakni Dosen Hubungan Internasional Agussalim Burhanuddin SIP MIRAP dan Dosen Antropologi Andi Batara Al Isra MSi.

Ketiganya membahas peran laut dalam peradaban, hubungan masyarakat dengan sumber daya bahari, serta tantangan global dalam konservasi maritim.

Konsul Jenderal Australia, Todd Dias, menyampaikan perspektif internasional mengenai hubungan sejarah Makassar dan Australia.

Ia menyinggung tradisi pelayaran nelayan Makassar yang ratusan tahun lalu berlayar hingga pantai utara Australia untuk mencari teripang. Dias menilai hubungan historis tersebut menjadi fondasi penting kerja sama Indonesia-Australia saat ini.

“Saya sangat senang bisa hadir dalam Model United Nation di Unhas. Topik maritim ini sangat tepat karena Australia dan Indonesia memiliki sejarah panjang, termasuk hubungan Makassar dengan Australia sejak ratusan tahun lalu,” ujar Dias.

Ia juga menyoroti tiga isu penting dalam kelautan global: akses jalur maritim, konservasi laut, dan kelangkaan sumber daya.

“Akses terhadap jalur maritim harus dijaga bersama. Untuk konservasi, langkah-langkah internasional sangat dibutuhkan, seperti kolaborasi Indonesia dan Australia dalam pengurangan limbah plastik.

"Isu lainnya adalah kelangkaan sumber daya laut yang harus dikelola demi generasi masa depan,” ungkapnya.

Dias menambahkan bahwa diplomasi maritim adalah bidang yang serius, namun ia mengajak peserta untuk menikmati proses belajar selama konferensi.

“Semua peserta di sini sangat antusias. Yang penting adalah belajar, berdiskusi, dan tentu saja menikmati prosesnya,” katanya.

Sementara itu, Agussalim dalam pemaparannya, menekankan bahwa identitas maritim telah melekat pada masyarakat Indonesia sejak masa leluhur.

Ia menyebut bahwa laut bukan sekadar batas antarwilayah, melainkan ruang interaksi dan pertukaran pengetahuan.

“Laut menjadi penghubung dan sumber kehidupan masyarakat Indonesia sejak dulu. Kesadaran ini penting untuk menjaga keberlanjutan sumber daya,” ujarnya.

Sementara itu, Andi Batara Al Isra menjelaskan bahwa warisan budaya maritim dapat ditemukan dalam tradisi-tradisi lokal, seperti sistem sasi yang mengatur pemanfaatan sumber daya laut agar tetap lestari.

Ia juga mengulas hubungan masyarakat Austronesia yang dikenal memiliki keahlian navigasi laut tingkat tinggi, menunjukkan betapa kuatnya akar bahari bangsa Indonesia.

Relevan dengan Generasi Muda

Ketua Umum UKM Unhas Model United Nation, Indhie Rina Tamandalan, turut memberikan pandangannya mengenai pentingnya talkshow ini. Ia menyebut bahwa tema yang dibahas sangat relevan dengan masa depan generasi muda.

“Talkshow ini berbicara mengenai bagaimana budaya membentuk keberlanjutan maritim. Kami menghadirkan Konsul Jenderal Australia Todd Dias, serta dua akademisi yang ahli di bidang maritim, yakni Pak Agus dan Kak Batara,” ujar Indhie.

Ia menegaskan bahwa laut akan menjadi salah satu isu strategis dunia di masa mendatang. Karena itu, generasi muda harus memahami pentingnya budaya bahari sekaligus tantangan ekologis yang menyertainya.

Talkshow berlangsung interaktif dengan banyak pertanyaan dari peserta Makassar MUN 2025.

Para pembicara berharap para peserta mampu melihat bahwa isu kelautan tidak hanya berkaitan dengan keberlanjutan, tetapi juga membuka peluang besar dalam kerja sama internasional.

Kolaborasi lintas negara diyakini menjadi kunci dalam menjaga jalur laut, mengatasi limbah plastik, dan memastikan tersedianya sumber daya laut untuk generasi selanjutnya.

Melalui talkshow “Ancient Wisdom, Modern Conservation”, Makassar MUN 2025 diharapkan dapat memperkuat pemahaman generasi muda tentang warisan budaya bahari dan keterhubungan antarbangsa sejak masa lampau.

Kesadaran ini penting dalam membentuk diplomat muda yang siap berkontribusi pada isu-isu global, khususnya dalam bidang maritim dan lingkungan.

(Venny Septiani Semuel / Unhas TV)