MAKASSAR, UNHAS.TV – Sebanyak 228 calon relawan Pusat Disabilitas (Pusdis) Universitas Hasanuddin mengikuti tahap mentoring sebagai bagian dari proses rekrutmen batch ketiga.
Kegiatan ini berlangsung pada Minggu, 14 September 2025, di Aula Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu Pendidikan (LP2MP) Unhas.
Mentoring menjadi tahap awal sebelum para calon relawan menjalani training intensif selama tiga bulan.
Setelah melewati tahapan tersebut, mereka akan dikukuhkan sebagai relawan penuh yang mendukung layanan inklusi bagi mahasiswa difabel di kampus merah.
Antusiasme tinggi ditunjukkan oleh para peserta. Salah satunya adalah Nayla Salsabila Rismu, mahasiswa yang berhasil lolos seleksi batch ketiga.
Nayla mengaku pengalaman mengikuti mentoring memberinya pemahaman baru tentang isu difabel sekaligus menumbuhkan motivasi untuk berkontribusi lebih jauh.
“Saya sangat senang bisa bertemu banyak teman, termasuk mahasiswa difabel dari berbagai fakultas. Saya juga mendapatkan materi tentang jenis-jenis difabel dan bagaimana cara berkomunikasi dengan mereka," kata Nayla.
"Harapan saya, semoga Pusdis menerima saya sebagai relawan dan saya bisa membantu teman-teman difabel untuk berkomunikasi lebih baik lagi,” jelas mahasiswi tingkat 2 Unhas ini.
Kegiatan mentoring ini menjadi bagian dari strategi berkelanjutan Pusdis Unhas untuk memperkuat jejaring relawan yang mendukung terciptanya lingkungan belajar inklusif di kampus.
Melalui proses seleksi yang ketat, Pusdis berupaya memastikan hanya peserta dengan komitmen dan kesiapan tinggi yang dapat melanjutkan tahapan berikutnya.
Dengan semakin bertambahnya relawan terlatih, Unhas diharapkan dapat semakin memperkuat posisinya sebagai perguruan tinggi yang ramah bagi semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas.
Tahun ini, jumlah pendaftar mencapai lebih dari 500 orang, namun hanya 228 peserta yang dinyatakan lolos seleksi untuk mengikuti mentoring.
Dalam kegiatan ini, mereka dibekali dengan materi dasar yang berkaitan dengan pendampingan difabel, mulai dari relasi sosial, etika relawan, hingga pengenalan teknologi penunjang belajar.
Ketua Pusat Disabilitas Unhas, Dr Ishak Salim SIP MA menegaskan bahwa keberadaan relawan menjadi fondasi penting dalam mendorong Unhas menuju kampus yang lebih inklusif.
“Mentoring ini merupakan salah satu proses peningkatan kapasitas relawan pusat disabilitas. Materinya meliputi abelisme atau relasi sosial difabel dan non-difabel yang berpengaruh terhadap kebijakan pendidikan tinggi, prinsip-prinsip menjadi relawan serta etika pendampingan, hingga komunikasi inklusif,” jelas Ishak.
Ia menambahkan, materi lain yang disampaikan adalah pengenalan alat bantu mobilitas dan teknologi pendukung mahasiswa difabel.
Dalam sesi ini, mahasiswa difabel secara langsung memperkenalkan perangkat yang mereka gunakan dalam proses belajar. Selain itu, mentoring juga menghadirkan sesi berbagi pengalaman dari relawan senior kepada peserta baru.
“Setelah mentoring ini, para peserta akan bekerja sebagai relawan sembari melanjutkan peningkatan kapasitas melalui training selama tiga bulan. Setelah itu, mereka baru akan dikukuhkan sebagai relawan penuh Pusdis Unhas,” kata Ishak.
(Venny Septiani Semuel / Unhas.TV)