Kesehatan
Program
Unhas Speak Up

Tren Olahraga Lari Meningkat, Tapi Amankah? Dokter Umar Ungkap Tips Lari Sehat

Dokter Spesialis Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular FK Unhas, Dr dr Umar Usman MKed KLin SpBTKV SubspT -K. (dok unhas tv)

UNHAS.TV - Di tengah aktivitas yang padat, olahraga menjadi unsur penting yang tidak boleh dilupakan agar tubuh tetap bugar dan pikiran semakin segar.

Memperingati Hari Kesehatan Nasional 12 November tahun 2025 ini, Unhas TV mengajak pemirsa untuk lebih peduli pada gaya hidup sehat, salah satunya melalui olahraga.

Di era sekarang, olahraga yang paling banyak diminati adalah lari. Aktivitas ini tampak mudah, namun tanpa persiapan yang matang, risiko cedera otot, gangguan pernapasan, hingga masalah jantung dan pembuluh darah dapat meningkat.

Dalam siniar Unhas Sehat kali ini, Unhas TV menghadirkan Dokter Spesialis Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular FK Unhas, Dr dr Umar Usman MKed KLin SpBTKV Subsp T (K), untuk membahas trik dan tips menjalani olahraga lari yang sehat, terutama bagi pemula.

Saat ditanya mengenai kesibukannya di luar pekerjaannya sebagai dokter, dr. Umar berbagi bahwa meski aktivitasnya padat, ia tetap menyempatkan diri berolahraga. Ia menyampaikan,

"Ya, saya sebagai Dokter Medatora Karjepaskular bekerja di Rumah Sakit Unhas untuk menangani kasus jantung, paru, dan pembuluh darah yang membutuhkan pembedahan. Ya, sehari-hari selain aktivitas rutin untuk melayani pasien," ujarnya.

"Di tengah kesibukan itu saya juga aktif berolahraga. Saya juga gemar berlari. Sama untuk gym untuk melatih kekuatan otot," tegas Sekretaris Program Studi Bedah Toraks Kardiak dan Vaskular FK Unhas ini.

Ia melanjutkan, “kebetulan ya karena sekarang lagi hype dunia larian ya jadi saya rutin lari mungkin 3-5 kali seminggu dan Alhamdulillah juga sudah pernah melewati 3 maraton di luar.”

Terkait tren lari yang semakin diminati berbagai kalangan, dr. Umar menilai ini sebagai perkembangan positif.

Ia mengatakan, "Saya kira tren ini sangat positif ya. Jadi kita bisa melihat mungkin setelah COVID-19 di akhir 2021 mulai 2022. Lari ini menjadi hype… Saya kira ini adalah tren positif dan seharusnya memang terus digalakkan."

Namun, ia juga mengingatkan bahwa sebagian orang hanya ikut-ikutan atau FOMO tanpa persiapan cukup. Hal ini bisa menyebabkan cedera hingga gangguan jantung.

"Ya mungkin resiko paling minim ya atau minimal bagi orang yang baru berlari, tiba-tiba pengen berlari... yang paling minim adalah mungkin cedera… Bisa memicu banyak hal, bisa mungkin kegangguan jantung," ujarnya.

Karena itu, pemanasan sangat penting dilakukan sebelum mulai berlari. Dr. Umar menjelaskan, "Saran pemanasan atau warming up yang direkomendasikan itu dengan melakukan dynamic stretching."

"Contohnya high knee, angkat kaki, berulang-ulang, bisa jumping jack, lunges forward atau backward… minimal 10-15 menit sebelum mulai lari itu sudah cukup untuk menaikkan suhu tubuh, menaikkan heart rate," jelas 

Soal waktu terbaik untuk berlari, ia menyebutkan semuanya baik, bergantung kenyamanan masing-masing. Namun ia pribadi lebih memilih pagi hari.

"Saya lebih senang untuk lari pagi… saya dengan lari pagi itu bisa membangun mood saya yang baik untuk mulai aktivitas sehari-hari."

Dokter Umar juga mengulas kenapa jantung terasa berdebar saat berlari. Ia menjelaskan, "Tubuh kita dipaksa untuk bekerja lebih keras, pasti jantung akan bekerja lebih cepat. Jadi itu sudah hukumnya."

Ia menekankan pentingnya mengenali tanda bahaya, "Kalau perasaan kita saat berlari sudah mulai tidak nyaman, mulai nyeri dada di kiri atau menjalar ke tangan kiri atau menjalar ke punggung, biasanya itu menjadi tanda-tanda bahwa terjadi hal yang tidak semestinya. Dan saran saya ketika itu terjadi, ya mending kita stop."

Untuk mengetahui batas aman aktivitas, ia menjelaskan rumus detak jantung maksimal. "Biasanya pakai 220 kurang umur. Sarannya adalah ketika kita mulai membangun kebugaran, perbanyak di zona 2 atau zona 3 saja," lanjutnya.

Menurutnya, faktor kolaps pada pelari bisa berasal dari banyak hal, seperti latihan berlebihan, nutrisi yang tidak tepat, kurang istirahat, hingga gangguan elektrolit.

Ia mengatakan, "Ada banyak, yang pertama dari training, yang kedua nutrisi. Yang terakhir mungkin recovery atau istirahat, bisa menyebabkan kolaps atau pingsan."

Pada akhirnya, ia menegaskan bahwa manfaat jangka panjang dari berlari sangat besar jika dilakukan secara rutin dan tepat.

"Awalnya FOMO mulai dirutinkan, intensitasnya mulai dirutinkan 3-5 kali seminggu ya akan membangun fisik dan dasar keguguran kita jauh menjadi lebih baik," lanjutnya.

Melalui edisi khusus Hari Kesehatan Nasional ini, dokter Umar mengajak masyarakat untuk menjadikan olahraga sebagai bagian dari gaya hidup.

Lari merupakan olahraga sederhana dan murah, namun manfaatnya luar biasa jika dilakukan secara benar. Run for Health—lari sehat tanpa drama.

(Rahmatia Ardi / UnhasTV)