JAKARTA, UNHAS.TV- Universitas Hasanuddin kembali menegaskan posisinya sebagai perguruan tinggi riset terdepan di Indonesia. Pada Anugerah Diktisaintek 2025, Unhas meraih lima penghargaan nasional, mencakup kinerja institusi, kerja sama internasional, hingga prestasi ilmuwan muda di bidang STEM.
Penghargaan tersebut diserahkan dalam seremoni resmi di Graha Diktisaintek, Gedung D Lantai 2, Jakarta, Jumat (19/12), dan diterima langsung oleh Sekretaris Universitas Hasanuddin, Prof.Dr Ir. Sumbangan Baja,M.Phil.,Ph.D.
Anugerah Diktisaintek merupakan agenda tahunan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi sebagai bentuk apresiasi atas capaian unggul perguruan tinggi dan insan akademik dalam tata kelola, Indikator Kinerja Utama (IKU), riset, inovasi, serta kontribusi nyata bagi masyarakat.
Tiga Penghargaan Institusi PTNBH
Dalam kategori Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH), Unhas meraih:
- Terbaik II (Silver Winner) IKU PTNBH Tahun 2024,
- Terbaik III (Bronze Winner) Pengelolaan Laman/Website PTNBH,
- Terbaik III (Bronze Winner) Kerja Sama Internasional PTNBH.

Sekretaris Universitas Hasanuddin, Prof. Ir. Sumbangan Baja, menunjukkan lima penghargaan yang diraih Unhas pada Anugerah Diktisaintek 2025 di Graha Diktisaintek, Jakarta, Jumat (19/12), sebagai bukti capaian kinerja institusi, penguatan riset, dan inovasi Universitas Hasanuddin di tingkat nasional.
Capaian peringkat kedua IKU PTNBH menjadi tonggak penting karena untuk pertama kalinya Unhas menembus posisi tersebut secara nasional.
Prof. Sumbangan Baja menegaskan bahwa capaian ini lahir dari kerja bersama. “Ini bukan prestasi individu, tetapi hasil kerja kolektif seluruh sivitas akademika. Ke depan, kami berkomitmen memperkuat pencapaian IKU dan reputasi internasional Universitas Hasanuddin,” ujarnya.
Dua Gold Winner Bidang Saintek dan Riset
Selain capaian institusi, Unhas juga meraih dua Gold Winner pada bidang sains, teknologi, dan riset:
- Prof. Firzan Nainu sebagai Peneliti Muda Terbaik (Ilmuwan Muda Terbaik Indonesia Bidang STEM),
- Prof. Abubakar Tawali sebagai Penghasil Paten Sederhana yang Dimanfaatkan Masyarakat.
Bagi Prof. Firzan, penghargaan ini bukan sekadar pengakuan personal. Ia memaknainya sebagai pengingat bahwa riset yang dijalankan secara konsisten—meski sering berlangsung dalam senyap dan memakan waktu panjang—tetap memiliki nilai dan dampak ilmiah. “Tidak semua riset langsung menghasilkan temuan positif. Hasil negatif pun penting untuk dilaporkan agar komunitas ilmiah dapat belajar dan menghindari pengulangan pendekatan yang sama,” jelasnya.

Prof. Firzan Nainu, Universitas Hasanuddin, menerima Anugerah Diktisaintek 2025 dalam acara Apresiasi dan Silaturahmi Pemenang Anugerah Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, di Graha Diktisaintek, Jakarta, Jumat (19/12), sebagai pengakuan atas capaian kinerja institusi, penguatan riset, dan kontribusi inovasi Unhas di tingkat nasional.
Riset Biomedis dari Laboratorium hingga Kebijakan
Sepanjang karier akademiknya, Prof. Firzan menekuni riset mekanisme biologis penyakit infeksi dan non-infeksi, mulai dari kurang gizi, diabetes, obesitas, kanker, hingga gangguan autoinflamasi. Ia menggunakan Drosophila melanogaster (lalat buah) sebagai organisme model, karena memiliki banyak kesamaan mekanisme biologis dasar dengan manusia dan telah lama digunakan dalam riset biomedis dunia.
Melalui pengembangan model penyakit berbasis Drosophila, tim Unhas Fly Research Group (UFRG) mengkaji interaksi faktor genetik, nutrisi, mikrobiota usus, dan lingkungan terhadap metabolisme, respons imun, serta kesehatan sepanjang daur hidup. Pendekatan ini memungkinkan identifikasi mekanisme dasar penyakit sekaligus skrining awal intervensi nutrisi maupun farmakologis yang relatif aman, rasional, dan terjangkau. Menurut Prof. Firzan, UFRG menjadi kelompok riset pertama di Indonesia yang menerapkan pendekatan ini secara sistematis dalam konteks keterbatasan sumber daya.
Di luar laboratorium, Prof. Firzan juga aktif berkontribusi dalam penyusunan artikel ilmiah Global Burden of Disease (GBD), yang menjembatani temuan mekanistik riset dasar dengan data epidemiologi dan klinik berskala populasi. Dengan demikian, riset yang dijalankannya mencakup spektrum utuh, dari laboratorium hingga isu kesehatan masyarakat.
Tantangan Ilmuwan Muda dan Peran Unhas
Prof. Firzan mengakui tantangan terbesarnya adalah membangun kelompok riset yang kompetitif di tengah keterbatasan pendanaan dan sumber daya manusia, sekaligus memastikan riset tetap relevan dan berdampak. Dalam konteks ini, ia menilai ekosistem riset Unhas berperan penting melalui kebijakan yang terbuka terhadap kolaborasi, penguatan laboratorium, dukungan administratif yang adaptif, serta kultur kolegial lintas disiplin yang memberi ruang tumbuh bagi peneliti muda.
Dalam pandangannya, riset STEM memiliki peran strategis dalam menjawab persoalan nyata masyarakat—kesehatan, pangan, lingkungan, dan teknologi. Tantangan utama bukan pada kurangnya pengetahuan, melainkan lemahnya integrasi lintas sektor dan keberlanjutan kebijakan publik yang berpihak pada sains.

Prof. Firzan Nainu bersama istri, usai menerima Anugerah Diktisaintek 2025, di Graha Diktisaintek, Jakarta, Jumat (19/12). Penghargaan tersebut menjadi pengakuan atas kontribusi riset Prof. Firzan serta penguatan peran Universitas Hasanuddin dalam pengembangan sains, teknologi, dan inovasi di tingkat nasional.
Pesan untuk Mahasiswa
Kepada mahasiswa Unhas, Prof. Firzan menyampaikan pesan sederhana dari motto UFRG, From Simplicity, We Thrive. Jangan merasa kecil karena memulai dari langkah sederhana. Riset yang tampak sederhana justru sering lebih mudah diterapkan secara luas dan berdampak nyata. Menurutnya, perjalanan riset memang panjang dan penuh ketidakpastian, tetapi konsistensi, kejujuran intelektual, dan keberanian untuk terus belajar adalah kunci utama.
Pengakuan dan Tantangan ke Depan
Bagi Universitas Hasanuddin, Anugerah Diktisaintek 2025 menjadi pengakuan eksternal yang memperkuat visibilitas dan kredibilitas nasional, khususnya di bidang riset STEM. Penghargaan ini juga menjadi sinyal bahwa Unhas semakin diperhitungkan sebagai universitas riset. Tantangan selanjutnya adalah menjaga konsistensi: memperkuat komunikasi capaian riset, memperluas jejaring kolaborasi global, serta memastikan dukungan berkelanjutan bagi peneliti muda.
Lima penghargaan ini bukan sekadar deretan piala. Ia mencerminkan proses panjang membangun sistem akademik yang matang—tempat kerja kolektif, riset yang jujur, dan visi jangka panjang bertemu untuk memberi dampak nyata bagi masyarakat.(*)
Para penerima penghargaan berpose bersama pada puncak acara Anugerah Diktisaintek 2025 di Graha Diktisaintek, Jakarta. Ajang ini menjadi bentuk apresiasi Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi terhadap perguruan tinggi dan insan akademik atas capaian kinerja institusi, penguatan riset, serta kontribusi inovasi sains dan teknologi di tingkat nasional.








