Pendidikan

Unhas Kukuhkan Empat Professor Farmasi, Kini Punya 521 Professor

FARMASI - Pengukuhan professor baru di lingkup Fakultas Farmasi Unhas. (foto: UHumas Unhas/Unhas TV)

MAKASSAR, UNHAS.TV - Universitas Hasanuddin (Unhas) mengukuhkan empat guru besar Fakultas Farmasi melalui Rapat Paripurna Senat Akademik Terbatas di Ruang Senat Akademik, Kampus Unhas Tamalanrea, Selasa (11/6/2024).

Mereka yang dikukuhkan yakni Prof Yusnita Rifai, guru besar ke-518 dalam bidang Sintesis Obat; Prof Yulia Yusrini Djabir guru besar ke-519 bidang Farmasi Klinik dan Farmakologi; Prof Firzan Nainu guru besar ke-520 bidang Ilmu Farmakologi; dan Prof Andi Dian Permana guru besar ke-521 dalam bidang Penghantaran Obat.

Rektor Unhas Prof DR Ir Jamaluddin Jompa MSc dalam pidato sambutannya menyampaikan selamat atas penambahan guru besar pada Fakultas Farmasi.

"Pengukuhan tersebut sebagai pencapaian dan kebanggaan sekaligus menunjukkan peningkatan kapasitas dan kualitas pembelajaran. Diperlukan komitmen untuk mendorong pengembangan Unhas dalam berbagai sektor," ujar Prof JJ.

Rektor berharap sivitas akademika Unhas bisa bersatu membangun kolaborasi untuk membangun Unhas, salah satunya mendorong Unhas dalam perengkingan global.

Prof Yusnita Rifai pada orasi bertema "Membangun Kemandirian Nasional Bahan Baku Obat Sintetik" menekankan pada efisiensi industri farmasi memproduksi obat berbasis bahan baku lokal sangat rendah.

Prof Yusnita Rifai

Ia menyebut keragaman hayati dan laut Indonesia yang sangat berpeluang sebagai bahan baku obat, justru impor bahan baku luar menguasai 96% pasar domestik

Menurutnya, faktor penyebab di antaranya terlalu beragam jenis obat yang beredar di Indonesia dan ketidakekonomian bahan baku obat jika diproduksi dalam skala massal.

Prof Yulia Yusrini Djabir yang membawakan orasi berjudul "Peran Pemodelan Hewan dalam Pencarian Kandidat Terapi untuk Mengurangi Toksisitas Hepatorenal Akibat Obat : Limitasi dan Arah Pengembangan" menjelaskan kerusakan hati akibat obat atau lebih dikenal dengan Drug Induced Liver Injury (DILI).

Prof Yulia Yusrini Djabir

Menurutnya, DILI masih menjadi tantangan dalam praktik klinik. Pasien dengan kondisi tertentu, DILI merupakan penyebab utama kasus gagal hati akut dengan tingkat kematian hingga 50%.

Prof Yulia meyakini proses drug development atau pengembangan obat merupakan proses panjang dan berkesinambungan yang didasari oleh ilmu pengetahuan dan penelitian yang intensif dan tidak jarang berbiaya mahal.

Penggunaan pemodelan hewan menjadi media untuk memahami sepenuhnya dampak interaksi antara kandidat obat dengan sistem biologis yang kompleks. Model hewan uji praklinis yang tepat dapat menjadi titik tolak tingkat keberhasilan uji klinis, termasuk toksisitas, efikasi dan efek samping penggunaannya.

Prof Firzan Nainu membawakan orasi berjudul "Lalat Buah Drosophila Melanogaster sebagai Organisme Model dalam Drug Discovery dan Drug Repurposing: Potensi dan Tantangan Translasinya dalam Pengobatan".

Prof Firzan Nainu

Penelitian farmasi Prof Firzan fokus pada penemuan obat (drug discovery) dan penggunaan kembali obat (drug repurposing) yang memainkan peran krusial dalam meningkatkan kesehatan masyarakat secara berkelanjutan.

Pengampuh Mata Kuliah Anatomi dan Fisiologi itu menjelaskan, proses penemuan obat melibatkan serangkaian tahapan kompleks dimulai dari identifikasi senyawa potensial hingga uji klinis pada manusia, sementara pendekatan drug repurposing mempercepat pengembangan obat dengan memanfaatkan kembali obat yang sudah ada untuk indikasi penyakit baru.

Keduanya memberikan solusi yang berkelanjutan terhadap tantangan medis yang kompleks dengan menyediakan akses lebih luas terhadap terapi yang efektif dan terjangkau.

Firzan mengakui, lalat buah merupakan salah satu organisme model yang menjanjikan dalam riset farmakologi. Dengan ukuran kecil, siklus hidup yang cepat, dan kemudahan dalam manipulasi genetik, lalat buah telah digunakan secara luas dalam penelitian farmakologi.

Prof Andi Dian Permana membahas "Microneedle Delivery System sebagai Strategi Inovatif untuk Meningkatkan Efikasi dan Kualitas Penghantaran Obat".

Prof Andi Dian Permana

Prof Andi Dian menyebutkan sistem penghantaran dengan jarum mikro digunakan untuk menembus lapisan kulit terluar. Uniknya, proses ini tidak menyebabkan rasa sakit, memberikan celah bagi senyawa obat untuk masuk ke dalam aliran darah dengan lebih efektif.

Berdasarkan penelitiannya, Andi Dian menyimpulkan dengan menggunakan microneedle, obat-obatan dapat dikirim dengan lebih presisi, meningkatkan bioavailabilitas obat, dan pada saat yang sama mengurangi resiko efek samping yang tidak diinginkan.

Microneedles (MNs) muncul sebagai solusi inovatif. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sistem ini, yang terdiri dari jarum berukuran mikro, disusun pada mold patch kecil, dapat mengatasi keterbatasan sediaan konvensional.