MAKASSAR, UNHAS.TV - Universitas Hasanuddin (Unhas) meresmikan ASEAN-China Centre of Excellence in Metallurgy and Marine Resource, sebuah pusat unggulan yang menjadi simbol kerja sama strategis negara ASEAN dan Republik Rakyat Tiongkok di bidang metalurgi dan sumber daya kelautan.
Kegiatan peresmian ini berlangsung di Gedung ASEAN-China Centre of Excellence in Metallurgy and Marine Resource yang terletak di gedung Ex Fakultas Teknik, Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar, Senin (7/7/2025).
Peresmian ini dihadiri langsung oleh Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendikti Saintek) Republik Indonesia, Prof Stella Christie PhD serta Direktur Hilirisasi dan Kemitraan Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Ditjen Risbang) Kemendikti Saintek, Prof Yos Sunitiyoso.
Pusat unggulan ini menempati sebuah ruangan khusus di lingkungan kampus Unhas Tamalanrea yang dirancang sebagai ruang kolaborasi, riset, dan pengembangan program-program strategis terkait sumber daya maritim dan metalurgi.
Usai peresmian, Prof Stella yang merupakan Guru Besar Tsinghua University, China, bersama Rektor Unhas Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc dan sejumlah pejabat kampus meninjau langsung gedung tersebut tersebut.
Prof Jamaluddin Jompa menyampaikan bahwa peresmian pusat ini menandai babak baru kolaborasi akademik dan riset internasional yang dapat berdampak langsung pada pembangunan nasional.
.webp)
Wamendikti Saintek Prof Stella Christie PhD memberikan keterangan pers saat peresmian ASEAN-China Centre of Excellence in Metallurgy and Marine Resource di Kampus Universitas Hasanuddin (Unhas), Senin (7/7/2025). (dok unhas.tv)
“Tadi kita sudah meresmikan ASEAN-China Centre, dimana ASEAN dan Cina itu bekerjasama secara khusus, dan Unhas jadi tuan rumah untuk bidang metalurgi dan sumber daya laut. Ini sesuatu yang akan mendorong juga pertumbuhan ekonomi, pasar kerja," ujarnya.
"Mudah-mudahan dengan kehadiran Ibu Wamen di sini, memberikan kami penguatan-penguatan yang sifatnya strategis, kebijakan dari pusat dalam rangka hilirisasi produk-produk dalam bidang tadi,” harap Prof Jamaluddin.
Keberadaan pusat unggulan bidang metalurgi dan sumber daya kelautan ini pun mendapatkan apresiasi dari Wamendikti Saintek, Prof Stella Christie.
“Unhas ini sangat strategis karena fokus bidangnya maritim dan metalurgi. Kami memang mengusung riset lokal, ekonomi lokal, tapi kalau Unhas ini sebenarnya cakupannya ekonomi nasional dan internasional,” ujar Prof. Stella.
Dirinya menambahkan bahwa pemerintah tengah mempersiapkan sejumlah dukungan konkret untuk memperkuat pusat-pusat keunggulan seperti yang diinisiasi oleh Unhas.
Salah satunya adalah penyusunan tiga Memorandum of Understanding (MoU) antara Indonesia dan Tiongkok yang salah satunya akan mencakup bidang vokasi dan industri.
“Pertama kita akan ada payung hukum antara Kemendikti Saintek dengan Pemerintah Tiongkok. Itu sedang disusun, akan ada 3 MoU, satunya sedang dirancang, tapi yang pasti salah satunya dalam bidang vokasi dan industri,” jelasnya.
Prof Stella juga mengumumkan bahwa pemerintah telah mengalokasikan dana tambahan riset sebesar 1,8 triliun rupiah dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Dana ini akan mulai diluncurkan dalam waktu satu hingga dua minggu ke depan, dengan fokus utama pada hilirisasi produk hasil riset.
.webp)
Wamendikti Saintek Prof Stella Christie PhD berfoto bersama jajaran petinggi Unhas saat peresmian ASEAN-China Centre of Excellence in Metallurgy and Marine Resource di Eks Fakultas Teknik, Kampus Universitas Hasanuddin (Unhas), Senin (7/7/2025). (dok unhas.tv)
“Selama ini kan hanya sampa risetnya saja, namun kita melihat sudah banyak sekali hasil atau prototipe yang belum dihilirisasikan. Kami akan khususkan dana untuk bagaimana menghilirisasikannya, seperti misal membuatkan perusahaan seperti yang sudah ada di Unhas ini,” paparnya.
Selain itu, paradigma baru dalam pendanaan riset juga ditekankan. Dana riset dari LPDP akan diarahkan menjadi mekanisme pendanaan yang selaras dengan kebutuhan nasional seperti ketahanan pangan, energi, dan hilirisasi komoditas prioritas.
“Sebelumnya pendanaan dibuka secara bebas, terserah penelitinya mau mengajukan proposal apa, mekanisme itu tetap, tetapi khusus dana dari LPDP ini akan menjadi Strategic Grand Call," jelas Prof Stella.
"Bapak presiden inginkan yakni ketahanan pangan, ketahanan energi, komoditas perioritas hilirisasi itu akan menjadi panggilan khusus untuk pendanaan riset, jadi yang memang memenuhi kebutuhan baik itu kebutuhan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dan kebutuhan industri,” paparnya.
Kehadiran ASEAN-China Centre of Excellence in Metallurgy and Marine Resource di Unhas menegaskan posisi universitas ini sebagai salah satu pusat gravitasi keilmuan dan inovasi strategis di kawasan.
Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan mitra internasional, pusat ini diharapkan dapat memperkuat ekosistem riset yang berdampak nyata bagi ekonomi lokal, nasional, dan kawasan Asia Tenggara secara luas.
(Iffa Aisyah Rahman / Muh Syaiful / Unhas.TV)