MAKASSAR, UNHAS.TV - Yayasan Hadji Kalla bersama Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) dan Disaster Management Center (DMC) Ikatek Unhas menyelenggarakan kegiatan Lesson Learning Implementasi SPHERE di Kafe PlazGozz Pettarani, Makassar, Sabtu (12/7/2025).
Acara ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan standar kemanusiaan SPHERE dalam penanganan bencana di Indonesia, serta memperkuat sinergi antar pemangku kepentingan dalam kerja-kerja kemanusiaan.
Agenda utama terdiri dari sesi sharing dan diskusi yang terbagi dalam tiga klaster penting: WASH (Water, Sanitation and Hygiene), Ketahanan Pangan dan Gizi, serta Hunian dan Pemukiman.
Ketua DMC Ikatan Alumni Teknik Universitas Hasanuddin (Ikatek Unhas) M Syukri Turussi, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk refleksi bersama untuk memperkuat kesiapsiagaan dan respons kebencanaan.
“Implementasi Sphere bukan sekadar standar teknis, tapi juga pendekatan kemanusiaan yang mengedepankan martabat penyintas,” ujarnya dalam sesi pembuka.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar, Muhammad Fadly, juga menyampaikan apresiasinya terhadap kolaborasi antar-lembaga.
“Forum seperti ini menjadi ruang penting untuk menyelaraskan praktik di lapangan dengan prinsip-prinsip kebencanaan berbasis komunitas dan mitigasi risiko,” jelasnya.
Dalam sesi klaster Ketahanan Pangan dan Gizi, narasumber dari Rumah Zakat, Amir ST menekankan pentingnya menjaga kesinambungan pasokan makanan bergizi dalam situasi darurat.
“Pangan bukan hanya soal logistik, tetapi menyangkut keberlanjutan kehidupan dan pemulihan jangka panjang. Prinsip Sphere mengingatkan kita agar tidak hanya memberi, tetapi juga mendidik dan memberdayakan penyintas,” tutur Amir.
Sementara itu, pada sesi Hunian dan Pemukiman, Asia Muslim Charity Foundation (AMCF), Muhammad Yusri menyoroti perlunya pendekatan berbasis komunitas dalam pembangunan hunian pascabencana.
“Hunian darurat harus memperhatikan budaya lokal, keamanan, serta aksesibilitas. Kita tidak bisa hanya berpikir cepat, tapi harus juga berpikir berkelanjutan,” tegasnya.
Kegiatan ini juga menghadirkan sesi diskusi lanjutan dengan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) yang membahas berbagai isu strategis dan praktik baik di lapangan.
Peserta yang hadir sekitar 20 orang terdiri dari perwakilan organisasi kemanusiaan, akademisi, relawan, dan mitra pembangunan.
Setelah sesi istirahat dan salat siang (Ishoma), forum dilanjutkan dengan pembahasan lintas sektor dan tukar pengalaman dari berbagai wilayah. Diskusi berlangsung aktif hingga penutupan acara pada pukul 15.00 Wita.
Kegiatan ini didukung oleh sejumlah lembaga sosial dan kemanusiaan seperti Rumah Zakat, Dompet Dhuafa, DT Peduli, Asia Moslem Charity Foundation (AMCF), dan Sembara Bangsa, yang selama ini aktif dalam respons bencana di berbagai daerah.
Dengan terselenggaranya kegiatan ini, para peserta berharap dapat memperkuat koordinasi dan konsistensi dalam penerapan standar kemanusiaan Sphere di tingkat lokal maupun nasional, sekaligus memperkaya praktik kebencanaan yang lebih adil, manusiawi, dan berkelanjutan. (*)