Assikalaibineng sangat menuntut si suami mengetahui teknik-teknik foreplay. "Lakukanlah tidur bersama dalam satu sarung dan melakukannya terlebih dahulu, istri akan merasakan dirinya dimuliakan.
Kemudian lanjutkan tidur dalam satu sarung… Itu berarti kamu melakukan perbuatan yang membangkitkan gairahnya." (halaman 94).
Selanjutnya ada tahap yang harus dilakukan (halaman 104). "Peganglah pusarnya, jengkalkan tanganmu, ibu jarimu di pusarnya dan kelingkingmu di farjinya.
Bila tampak bagimu nafsunya telag bangkit maka berilah penciuman dua belas. Pertama-tama ciumlah ubun-ubunnya…"
Hingga kemudian terjadilah orgasme. "Jika dia mencapai orgasme, janganlah melepasnya sebab dia sedang mencapai puncak kenikmatan… nalolongennitu rennue makkunraiyye enrengnge nyamengnge. Alliangngani aja'na mulappessangngi." (halaman 83).
Assikalaibineng pun menjelaskan cara merangsang pada titik peka di tubuh istri. Cara yang dimaksud antara lain memegang perut, mencium ubun-ubun, mencium pipi, mencium pangkal leher, dan mencium farji.
Ada 12 titik rangsangan pada tubuh si perempuan yakni ubun-ubun (buwung), telinga (docciling), perantara kening (lawa enning), mata (mata), pipi (pili), hidung (inge'), dagu (sadang), pangkal leher (edda'), tengkuk (cekkong), telapak tangan (pale' lima), buah dada (pangolo), dan pusar (posi).
Sedangkan pada laki-laki ada tiga titik rangsangan yakni mulut (timu), tangan (jari), dan zakar (kalamung).
Tiga titik rangsangan ini ini jug dapat dijadikan sebagai alat untuk merangsang perempuan. Bila ketiga alat itu dikombinasikan pergerakannya pada titik rangsangan maka akan membangkitkan sensai yang luar biasa.
Yang tak kalah menarik dari Assikalaibineng yakni mengandung informasi bahwa pola seksual akan berpengaruh pada kualitas fisik anak yang dilahirkan.
Suara yang merdu, sikap yang jantan, mata yang memikat, bisa dipersiapkan sejak dini di tempat tidur. (amir pr)
Tulisan ini pernah dimuat di Harian Tribun Timur pada 16 Januari 2009 oleh penulis yang sama.