News

Atap Asrama Santri Putri Ambruk, Satu Santriwati Tewas

SITUBONDO, UNHAS.TV - Musibah tragis menimpa Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Syafi’iyah Syekh Abdur Qodir Jailani Ra di Desa Blimbing, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. 

Atap asrama putri ambruk pada Rabu pagi (29/10) sekitar pukul 05.00 WIB, mengakibatkan satu santriwati meninggal dunia dan 11 lainnya mengalami luka-luka ringan hingga sedang. 

Insiden ini terjadi di tengah rutinitas pagi para santri, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, pengurus pesantren, dan masyarakat setempat.

Korban jiwa pertama, seorang santriwati bernama Putri asal Dusun Rawan, Desa Besuki, sempat dilarikan ke RSIA Jatimed untuk mendapatkan perawatan darurat. 

Sayangnya, nyawanya tak tertolong dan meninggal sekitar pukul 06.00 WIB. Jenazah Putri telah dimakamkan pada pukul 08.00 WIB di kampung halamannya, dihadiri oleh keluarga, pengurus pesantren, serta ratusan santri yang berduka. 

Adapun 11 santriwati lainnya mengalami luka-luka akibat tertimpa puing atap, termasuk memar, patah tulang ringan, dan trauma. Mereka dirawat di rumah sakit terdekat dan kondisinya dilaporkan stabil.

Kapolres Situbondo, AKBP Rezi Dharmawan, yang langsung turun ke lokasi, menyatakan bahwa penyebab ambruknya atap diduga karena struktur bangunan yang sudah tua dan lemah. 

"Kami sedang melakukan investigasi mendalam bersama tim Inafis untuk memastikan tidak ada kelalaian. Saat ini, fokus utama adalah evakuasi dan penanganan korban," ujarnya saat meninjau lokasi. 

Kapolsek Besuki, AKP Febry Hermawan, juga membenarkan laporan tersebut dan menegaskan koordinasi dengan Polres Situbondo telah dilakukan sejak dini hari.

Pihak ponpes segera berkoordinasi dengan aparat setempat untuk penanganan darurat. Ruangan asrama yang rusak telah dikosongkan dan dibatasi dengan garis pengaman guna mencegah risiko tambahan. 

Para santri putri sementara dipindahkan ke gedung-gedung lain yang dinilai lebih aman, sementara kegiatan belajar-mengajar ditangguhkan untuk sementara waktu. 

Pimpinan ponpes, yang enggan disebut namanya, menyampaikan duka cita mendalam dan berjanji akan melakukan perbaikan menyeluruh pada bangunan-bangunan lain untuk mencegah kejadian serupa.

Kejadian ini mengingatkan pada tragedi serupa di Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, awal Oktober lalu, di mana runtuhnya gedung mushala menewaskan puluhan santri akibat kegagalan konstruksi. 

Para aktivis pendidikan Islam mendesak pemerintah daerah dan Kementerian Agama (Kemenag) untuk memperketat pengawasan terhadap bangunan pesantren, yang sering dibangun dengan dana swadaya terbatas dan minim standar teknis. 

"Pesantren adalah pondasi umat, tapi keselamatan santri harus jadi prioritas utama," kata seorang tokoh NU setempat.Hingga berita ini diturunkan, petugas gabungan masih melakukan pemeriksaan struktural terhadap bangunan lain di ponpes. 

Masyarakat diimbau untuk tidak menyebar hoaks terkait insiden ini, dan keluarga korban meminta doa serta dukungan dari berbagai pihak. Pemkab Situbondo berjanji akan memberikan bantuan medis dan psikososial bagi para korban.(*)