Oleh : Dr. Andi Ariyandy MD PhD.MHPE**
Dalam ruang-ruang kuliah Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, sebuah eksperimen pendidikan diam-diam mengubah cara belajar mahasiswa kedokteran. Tak lagi hanya mencatat materi dari dosen, kini mereka diajak aktif—mengajar sesama, membuat video, dan menyusun presentasi kreatif. Hasilnya? Bukan hanya nilai meningkat, tapi juga motivasi dan semangat belajar yang menyala.
Penelitian ini dilakukan oleh tim dosen dari berbagai departemen di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, dan telah dipublikasikan di jurnal bergengsi Scopus Q1, Journal of Advances in Medical Education & Professionalism edisi April 2025.

Artikel berjudul "A Mixed-Method Study: Investigating the Impact of Different Learning Media on Undergraduate Students’ Knowledge, Performance, and Motivation in Physiology Courses" berhasil diterbitkan di jurnal Journal of Advances in Medical Education & Professionalism (JAMP). Studi ini mengkaji pengaruh berbagai media pembelajaran terhadap pengetahuan, kinerja, dan motivasi mahasiswa kedokteran dalam mata kuliah fisiologi.
PowerPoint & Video Bikin Mahasiswa Kedokteran Lebih Semangat Belajar
Kalau biasanya kuliah di Fakultas Kedokteran identik dengan hafalan panjang dan materi tebal, kali ini beda. Di Universitas Hasanuddin, para mahasiswa kedokteran justru makin semangat belajar setelah mereka sendiri diberi kendali atas bagaimana mereka belajar.
Sebuah penelitian terbaru yang dipimpin oleh dr Andi Ariyandy Ketua departemen ilmu Fisiologi FK Unhas menunjukkan bahwa saat mahasiswa diperbolehkan memilih sendiri media pembelajaran—seperti video atau PowerPoint—hasil belajarnya jauh lebih baik. Bahkan, mereka merasa lebih termotivasi dan aktif selama proses belajar.
Kuliah Fisiologi yang Bikin Melek
Fisiologi itu ibarat “ilmu dasar” bagi calon dokter. Sayangnya, banyak mahasiswa mengeluh pelajarannya terlalu teoritis. Maka, dosen-dosen di FK Unhas pun mencoba pendekatan baru: aktif learning alias belajar aktif.
Caranya? Mahasiswa disuruh bikin presentasi tentang topik tertentu, lalu menyampaikannya di depan kelas pakai media pilihan mereka. Dari tujuh opsi media yang ditawarkan—mulai dari poster, lagu, sampai puisi—PowerPoint dan video jadi yang paling favorit.
Hasilnya? Lebih Paham dan Lebih Happy
Penelitian ini melibatkan 100 mahasiswa. Hasilnya jelas: nilai post-test meningkat signifikan setelah presentasi. Bahkan, mahasiswa yang mempresentasikan sistem reproduksi pakai PowerPoint atau sistem genitourinaria lewat video mendapatkan nilai tertinggi.
“Belajar jadi lebih seru. Kita jadi benar-benar paham karena harus bikin materinya sendiri,” kata salah satu mahasiswa peserta riset.
Belajar Tak Lagi Membosankan
Selain nilai, motivasi belajar juga ikut naik. Mahasiswa merasa metode ini membuat mereka lebih mandiri dan interaktif. Meski ada juga yang mengeluhkan pembagian tugas yang tidak merata dalam kelompok, mayoritas setuju bahwa model campuran—gabungan metode aktif dan tradisional—adalah yang terbaik.
Belajar dari Generasi Visual dan Digital
PowerPoint dan video bukan cuma alat bantu visual. Di tangan mahasiswa sekarang, dua media ini jadi senjata belajar yang efektif. Ini juga bukti bahwa pendidikan harus terus berevolusi sesuai zaman.
Penelitian ini bisa jadi inspirasi buat kampus-kampus lain: bahwa pendidikan berkualitas tidak harus selalu mahal atau canggih. Cukup beri ruang pada mahasiswa untuk berekspresi dan terlibat aktif, hasilnya bisa luar biasa.
*Riset ini dilakukan oleh dr. Andi Ariyandy PhD MHPE(Ketua departemen Ilmu Fisiologi FK Unhas) dan tim dan telah diterbitkan di jurnal internasional Journal of Advances in Medical Education & Professionalism, April 2025. Scopus Q1.
**Penulis adalah Ketua departemen Ilmu Fisiologi FK Unhas