MAKASSAR, UNHAS.TV – Pusat Disabilitas Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar Festival Titik Koma, sebuah gerakan yang mengusung semangat berani bicara, bertahan, dan pulih sebagai bentuk kepedulian terhadap isu kesehatan mental di lingkungan kampus.
Kegiatan Festival Titik Koma ini berlangsung di Unhas Hotel and Convention, Kampus Tamalanrea, mulai Selasa (7/10/2025) hingga Jumat (10/10/2025).
Festival yang mengangkat tema “Kesehatan Mental Itu Hak Setiap Manusia: Tanpa Stigma, Tanpa Pengecualian” ini menjadi ruang ekspresi sekaligus edukasi bagi mahasiswa, penyandang disabilitas, dan masyarakat kampus untuk memahami pentingnya kesehatan mental tanpa diskriminasi.
Rangkaian kegiatan selama empat hari tersebut diisi dengan berbagai aktivitas seperti pergelaran karya, kelas sketsa, seminar kesehatan mental, art therapy, kelas dongeng, serta peluncuran program Lingkar Bertahan.
Program terakhir adalah sebuah inisiatif baru dari Pusat Disabilitas Unhas untuk mendampingi mahasiswa yang membutuhkan ruang aman dalam proses pemulihan mental.
Wakil Rektor Bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan, dan Bisnis Unhas Prof Dr Eng Adi Maulana ST MPhil, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi bukti nyata komitmen Unhas untuk mendorong terciptanya kampus yang inklusif dan peduli terhadap kesehatan mental.
“Alhamdulillah hari ini kita dari Pusat Disabilitas membuat acara yang luar biasa tentang kesehatan mental. Kita tahu, masih banyak orang yang belum memahami pentingnya kesehatan mental," ujarnya.
"Melalui kegiatan ini, kami berharap semakin banyak orang yang sadar bahwa gangguan mental itu nyata, dan mereka membutuhkan perhatian, ruang berbicara, serta teman untuk berbagi agar bisa pulih dan hidup normal kembali,” ungkap Prof. Adi Maulana.
Festival Titik Koma diinisiasi oleh Pusat Disabilitas Unhas sebagai wadah untuk memperluas pemahaman masyarakat terhadap isu kesehatan mental, terutama bagi penyandang disabilitas.
Ketua Pusat Disabilitas Unhas, Dr. Ishak Salim, M.A., menjelaskan bahwa lembaganya tidak hanya menangani disabilitas fisik, tetapi juga berbagai isu disabilitas nonfisik, termasuk kesehatan mental.
“Kami meng-cover semua jenis isu disabilitas, termasuk mental health. Di Unhas sudah ada beberapa mahasiswa dengan disabilitas mental seperti bipolar, skizo, dan anxiety," ujar Ishak.
"Karena bertepatan dengan Hari Kesehatan Mental Dunia pada 10 Oktober nanti, kami menggelar Festival Titik Koma sebagai simbol bahwa bagi mereka yang mengalami tekanan mental, hidup belum berakhir. Selalu ada ruang untuk bercerita, healing, dan akhirnya pulih,” jelasnya.
Festival ini juga melibatkan berbagai elemen kampus mulai dari mahasiswa, relawan, hingga mitra lintas universitas. Tampak hadir pula Konsulat Jenderal Australia di Makassar, Todd Dias.
Melalui kolaborasi ini, Unhas berharap dapat memperkuat kesadaran kolektif bahwa kesehatan mental adalah bagian penting dari kesejahteraan manusia dan harus dijaga sebagaimana kesehatan fisik.
Dengan terselenggaranya Festival Titik Koma, Universitas Hasanuddin menegaskan perannya sebagai kampus inklusif yang tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga peduli terhadap kemanusiaan dan kesejahteraan psikologis seluruh warganya.
(Zahra Tsabitha Sucheng / Unhas.TV)