MAKASSAR, UNHAS.TV - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin menggelar Kuliah Umum bertajuk “Studying With, Not Studying On” di Aula Prof. Syukur Abdullah, kampus Unhas Tamalanrea, Makassar, Jumat (7/11/2025).
Kegiatan ini menghadirkan Butet Manurung, pendiri Sokola Rimba, yang dikenal luas sebagai pendidik dan antropolog lapangan yang telah bekerja puluhan tahun bersama komunitas adat di berbagai wilayah Indonesia.
Dalam pemaparannya, Butet mengajak mahasiswa dan dosen untuk meninjau kembali makna belajar dan meneliti masyarakat. Ia menekankan bahwa penelitian seharusnya tidak sekadar “menulis tentang” manusia, melainkan “belajar bersama” mereka.
“Manusia punya perasaan dan ketakutan. Kalau kita ingin memahami mereka, studying with harus betul-betul masuk ke dalam kehidupan mereka,” ungkapnya.
Menurut Butet, pendekatan antropologi selama ini kerap dimaknai sebagai kegiatan mengamati dari luar. Padahal, etnografi sejatinya adalah metode kolaboratif yang menuntut peneliti untuk hidup, mendengar, dan belajar bersama komunitas yang diteliti.
Ia menjelaskan, secara etimologis, ethnos berarti masyarakat, sementara graphein berarti menulis — sehingga etnografi bukan hanya “menulis tentang orang lain”, tetapi “menulis bersama mereka”.
Dalam sejarahnya, lanjut Butet, antropologi pernah menjadi alat kolonialisme, digunakan untuk memahami masyarakat lokal demi kepentingan penguasaan.
Namun seiring waktu, terutama pasca-Perang Dunia, paradigma tersebut mulai bergeser dari menguasai menjadi memahami, dari kolonialisasi menuju dekolonialisasi, hingga akhirnya ke arah ko-kreasi pengetahuan.
“Kalau dulu antropologi dipakai untuk menguasai, sekarang harusnya dipakai untuk memahami dan membangun dialog,” jelasnya.
Butet juga menyinggung dilema etis yang sering dihadapi peneliti di lapangan, terutama soal “netralitas peneliti”. Ia menampilkan sebuah kisah tentang peneliti yang datang meneliti ritual air di pedalaman, namun kemudian menemukan warga desa yang terpaksa menggunakan air sungai tercemar limbah.
“Di situ pertanyaannya muncul: apakah peneliti hanya mengamati dan menulis, atau turut bertindak? Look away or act?” ujarnya sambil mengajak peserta merenung.
Melalui cerita itu, Butet menegaskan bahwa riset sosial bukan sekadar observasi akademik, tetapi juga menyangkut tanggung jawab moral terhadap masyarakat yang menjadi subjek penelitian.
Dalam bagian lain paparannya, Butet membagikan pengalaman Sokola Rimba, sebuah lembaga pendidikan alternatif yang ia dirikan, mampu menumbuhkan model pembelajaran berbasis konteks lokal atau place-based knowledge.
Menurutnya, pendidikan di Indonesia masih terlalu seragam, padahal kondisi geografis, sosial, dan budaya masyarakat sangat beragam.
“Untuk masyarakat yang hidup bergantung pada musim dan lingkungan, pendidikan seharusnya melibatkan pengetahuan dari alam sekitar. Kalau pendidikan diseragamkan, yang jadi korban adalah geografisnya, karena sistemnya memaksa semua sama,” tegasnya.
Melalui pendekatan ini, Sokola belajar langsung dari persoalan yang dihadapi masyarakat adat, mulai dari penyempitan hutan, peraturan taman nasional, transmigrasi, hingga hilangnya sumber mata pencaharian.
Bagi alumnus Prodi Antropologi FISIP Universitas Padjdjaran (Unpad) ini, pendidikan seharusnya menjadi proses bersama untuk mencari solusi, bukan sekadar memindahkan pengetahuan dari luar.
Menutup kuliah umum, ia mengutip antropolog Ruth Benedict yang mengatakan bahwa tugas antropolog adalah “membuat perbedaan di dunia ini menjadi dapat dimengerti.”
Butet menegaskan, pemahaman terhadap perbedaanlah yang menjadi kunci bagi dunia pendidikan dan riset yang berkeadilan.
Kuliah umum ini tidak hanya memberi wawasan teoretis, tetapi juga menghadirkan refleksi mendalam tentang etika, empati, dan tanggung jawab sosial seorang peneliti. Dari ruang kuliah FISIP Unhas, pesan Butet menggema: bahwa belajar tentang manusia sejatinya adalah belajar bersama manusia.
(Rizka Fraja / Unhas TV)
Founder Sokolo Rimba Butet Manurung berbagi dalam Kuliah Umum yang digelar di FISIP Unhas, Jumat (7/11/2025). (dok unhas.tv)








