Unhas Speak Up

Booming Investasi di Usia Muda, Antara Euforia dan Pentingnya Memahami Seluk-beluk Risiko




Dosen Ilmu Aktuaria FMIPA Universitas Hasanuddin, Dr Amran SSi MSi. (dok unhas.tv)


Salah satu indikator yang digunakan adalah Sharpe Ratio, yaitu rasio yang mengukur return investasi terhadap tingkat risikonya.

Hasilnya, metode Hilbert menunjukkan Sharpe Ratio yang lebih tinggi, yang berarti bahwa metode ini mampu memberikan return yang lebih stabil dengan risiko yang lebih terukur.

Metode ini masih dalam tahap penelitian lanjutan untuk pengembangan ke algoritma prediksi berbasis machine learning.

Namun menurut Amran, langkah awal ini sudah membuka jalan bahwa pendekatan-pendekatan matematis lanjutan dari ilmu aktuaria bisa memberi dampak langsung ke dunia investasi ritel dan edukasi keuangan.

Lebih jauh, Amran menyebut, ada lima prioritas keuangan yang perlu disusun dengan baik: kebutuhan pokok, dana darurat, investasi, hiburan/gaya hidup, dan terakhir, dana sosial.

“Kalau tidak merencanakan pengeluaran sejak muda, itu sama saja merencanakan kegagalan di masa depan,” tegasnya.

Investasi yang sukses bukan hanya soal memilih instrumen yang tepat, tapi juga dimulai dari budgeting yang disiplin. Tanpa perencanaan dan klasifikasi yang jelas, seseorang rentan terjebak dalam skema investasi ilegal.

Amran juga menekankan bahwa menjadi investor bukan hanya soal mengejar profit, melainkan juga kemampuan bertahan dalam tekanan, termasuk saat harga anjlok.

“Kalau hanya semangat saat untung tapi panik saat rugi, itu bukan investor sejati. Harus ada perhitungan dan ketahanan mental,” ujarnya.

Ia menyarankan generasi muda agar tidak terburu-buru dalam menaruh modal. Langkah awal yang lebih penting adalah membangun disiplin budgeting, menyiapkan dana darurat, dan memahami risiko dari setiap instrumen yang dipilih.

“Kalau tidak merencanakan keuangan sejak muda, maka secara tidak langsung kita sedang merencanakan kegagalan di masa depan,” tutupnya.

(Rizka Amalia Fraja / Unhas.TV)