Lingkungan

Dari Cacing ANC, Desa Daala Timur di Polman Bangun Kemandirian Lingkungan dan Ekonomi

POLEWALI MANDAR, UNHAS.TV - Dusun Pikiloeang, Desa Daala Timur, Kecamatan Bulo, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, tampak lebih ramai dari biasanya pada Kamis, 21 Agustus 2025.

Di rumah tokoh masyarakat setempat, Usman, puluhan petani berkumpul mengikuti pelatihan bertajuk “Dari Cacing ANC (African Nightcrawler): Membangun Lingkungan dan Ekonomi Mandiri pada Desa.”

Kegiatan ini digelar Kelompok II Pengabdian Masyarakat Yayasan Kalla dan KKN Universitas Hasanuddin (Unhas) 2025, menghadirkan aparat desa, tokoh masyarakat, hingga kelompok tani cacing ANC atau dalam bahasa latin Eudrilus eugeniae.

Fokus pelatihan yang dilakukan adalah mengolah kotoran cacing ANC menjadi pupuk organik cair dan padat dengan tambahan formula Jakaba dan akar putri malu.

Metode yang dipakai sederhana tapi aplikatif. Peserta tidak hanya mendapat materi teori, melainkan langsung praktik membuat vermikompos padat dari kotoran cacing, hingga meracik pupuk cair melalui proses fermentasi.

Pupuk ini diyakini mampu memperbaiki kesuburan tanah, meningkatkan hasil pertanian, sekaligus menekan ketergantungan petani pada pupuk kimia yang kian mahal.

Potensi Baru dari Desa

Sekretaris Desa Daala Timur, Muh. Sail, memberi apresiasi tinggi terhadap inisiatif ini. “Pelatihan ini adalah langkah kecil dengan dampak besar. Dengan memanfaatkan potensi lokal seperti kotoran cacing, kita bisa membangun desa yang mandiri pupuk, mandiri pangan, sekaligus mandiri ekonomi,” ujarnya.

Bagi petani, gagasan ini membuka harapan baru. Ketua kelompok tani cacing, Santar, mengaku selama ini petani hanya tahu cara konvensional: membeli pupuk kimia.

“Dengan cara baru ini, kami bisa membuat pupuk sendiri yang ramah lingkungan, lebih murah, dan bahkan bisa menjualnya,” katanya.

Hasil pelatihan ini diproyeksikan bukan hanya untuk kebutuhan lokal. Pupuk organik cair dan padat olahan warga desa berpotensi dipasarkan keluar daerah.

Dengan demikian, cacing ANC bukan lagi sekadar hewan kecil di tanah, melainkan pintu masuk bagi lahirnya komoditas unggulan desa.

Dampak ekonomi dari program ini juga mulai terlihat. Selain meningkatkan kesejahteraan petani, usaha pupuk organik membuka lapangan kerja baru. Ibu rumah tangga bisa ikut ambil peran dalam pengemasan dan pemasaran produk, memberi nilai tambah pada rantai usaha pupuk organik desa.

Muh. Ardiansyah, narasumber sekaligus anggota tim pengabdian masyarakat Yayasan Kalla & KKN Unhas, menegaskan pentingnya sinergi antara potensi lokal dan inovasi.

“Kita ingin desa tidak hanya bertani, tapi juga mampu mengolah hasil sampingan menjadi produk bernilai ekonomi. Dari kotoran cacing, lahirlah peluang baru untuk desa,” jelasnya.

Dengan semangat gotong royong, Desa Daala Timur menegaskan komitmennya mengembangkan pertanian organik yang sehat, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Model ini diharapkan menjadi inspirasi bagi desa lain dalam mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.

Lebih jauh, keberhasilan ini menjadi bukti bahwa inovasi tidak selalu datang dari kota besar atau teknologi mahal. Kadang, ia tumbuh dari desa, dari tanah yang subur, dari cacing kecil yang tak banyak orang perhatikan.

Jika konsisten, Desa Daala Timur bukan hanya akan dikenal sebagai desa penghasil pupuk organik, tapi juga sebagai contoh bagaimana masyarakat membangun kemandirian ekonomi sembari menjaga kelestarian lingkungan. (*)