Kuliner

Dari Nastar hingga Nasu Likku, Warnai Idul Fitri di Rumah Imam Masjid Ar-Rahim Maros

MAKANAN TRADISIONAL. Sejumlah Jamaah Salat Idul Fitri Masjid Ar Rahim, Kompleks Maros Regency, menikmati makanan saat silaturahmi di rumah imam masjid H Mase Ali, Rabu (10/4/2024). Sejumlah menu makanan tradisional kerap warnai meja makan saat Idul Fitri.. (Dok Unhas TV)

UNHAS TV – Perayaan Hari Raya Idul Fitri dalam budaya Bugis-Makassar, acapkali diiringi dengan menikmati kue dan menu makanan tradisional di sela silaturahim keluarga.

Sejumlah menu yang tersaji di meja hidang mulai dari makanan berat hingga makanan ringan. Untuk menu makanan mulai dari buras, coto, ketupat, sokko' bugis, tumbu', manu' nasu likku, dan lainnya.

Kemudian untuk yang ringan, ada kue-kue tradisional, dari kue kering sampai kue basah. Aneka penganan kue basah seperti tape, sikapporo, katirisala, barongko, dan lainnya.

Dari pantauan Unhas TV, sejumlah menu tersebut tersaji saat silaturahim pengurus masjid, khatib, dan imam salat Idul Fitri 1445 H di Masjid Ar-Rahim, Kompleks Perumahan Maros Regency, Kabupaten Maros.

Usai melaksanakan shalat Idul Fitri pada Rabu (10/4/2024) lalu, jamaah Masjid Ar-Rahim Maros Regency saling berjabat tangan lalu mengakhirinya dengan makan.

Nah, hal demikian sebagian jamaah lakukan di salah satu rumah yang berada tepat di samping Masjid Ar-Rahim. Rumah tersebut menjadi tempat pertama silaturahmi jamaah usai salat Id.

"Memang setiap tahun kita open house untuk jamaah setelah salat Idulfitri. Jadi banyak jamaah langsung ke rumah," kata pemilik rumah H Mase Ali.

Dari pantauan Unhas TV, jamaah tampak antre untuk makan bersama. Menu-menu seperti buras, sokko' bugis, tumbu' sengkang, nasu likku, coto, hingga ketupat tersaji.

Untuk lauk, terdapat ayam mentega, daging sapi, telur asin, peppi' bugis, bolu kambu, dll. Sedangkan untuk makanan penutup, yang paling digemari adalah tape hitam.

“Tapenya sangat manis dan teksturnya sangat lembut dengan kandungan air yang cukup,” kata Fauzan, salah seorang jamaah.

Haji Mase menuturkan, intuk membuat tape ketam hitam, beras ketan dicuci lalu dikukus kemudian diberi ragi. Jumlah ragi ditakar sesuai dengan jumlah beras ketan yang digunakan.

“Tape bollong ini adalah hidangan sehari-hari di masyarakat Bugis, namun seiring waktu, pembuatannya menjadi khusus dan hanya dilakukan pada momen-momen tertentu, seperti hari raya, karena membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu 3 hari 3 malam,” jelasnya.

Selain nama-nama menu di atas, terdapat sejumlah kue kering yang kerap menghiasi meja tamu saat lebaran Idul Fitri.

Kue kering tersebut di antaranya nastar choco, nastar keju, nastar gulung, kacang telor keriting, kue putri salju, kerupuk beras, kacang goreng, dan lainnya.

"Alhamdulillah, bisa sarapan gratis dengan enak di sini, hehehe," ucap jamaah masjid Ar-Rahim Zakaria di sela silaturahmi. Zakaria pun berharap tiap tahun bisa terus menikmati hidangan enak setelah salat Idul Fitri di rumah imam masjidnya. (*)

Muhammad Fauzan Ali