Budaya

Dari Tanah Beru Melayari Dunia: Modernisasi Tradisi Pinisi di Tangan Alumni Teknik Perkapalan

BULUKUMBA, UNHAS.TV - Di Desa Tanah Beru, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, berjajar tak kurang dari sepuluh Kapal Pinisi yang tengah dalam proses pembuatan. Posisi haluan kapal menghadap bibir pantai.

Atap seng menaungi badan kapal yang masih setengah jadi. Bunyi mesin ketam, palu menghantam pasak besi, terdengar dari salah satu Galangan.

Para pengrajin kapal terlihat sibuk dengan gading-gading besar di hadapannya. Ini pemandangan yang tak asing dari salah satu Galangan milik Riara Marine.

Galangan ini fokus pada pembuatan dan reparasi Kapal Pinisi, kapal kayu tradisional khas Sulawesi Selatan yang masuk dalam warisan UNESCO.

Riara Marine didirikan seorang lulusan Teknik Perkapalan Universitas Hasanuddin Makassar pada 2020 lalu. Ir. Baginda Sitto Siregar,ST., memulai dengan menerima pekerjaan Pengawasan Bangunan Baru Kapal Pinisi.

Usahanya itu lantas berkembang, tak hanya reparasi, ia juga menerima order pembuatan Kapal Pinisi mulai dari pemilihan material lunas kapal hingga sea trial, proses pengujian performa kapal di perairan terbuka, dan penyerahan ke owner kapal.

Total sudah ada 4 Project Bangunan Baru, 13 Desain kapal Pinisi , dan 11 Pekerjaan Repair & Survey Kondisi yang dikerjakan oleh Riara Marine pada 2023 hingga 2025 ini. 

Setelah serah terima kapal, Riara Marine juga memberi penawaran kepada owner kapal untuk dilanjutkan ke proses Management Kapal di daerah pelayaran Labuan Bajo dan sekitarnya. Ini lantaran para klien Riara Marine bergelut dalam bidang wisata bahari.

Modernisasi pembuatan Kapal Pinisi di Riara Marine dimulai dari perencanaan dan pembuatan gambar kapal. Meliputi gambar General Arrangement, konstruksi, linesplan, juga midship section. 

Ada pula gambar safety plan, perhitungan Gross Tonnage (GT) dan detail-detail drawing yang dbutuhkan, yang menggunakan proses komputerisasi. Lalu gambar-gambar itu dijabarkan dalam proses assembling, proses perakitan kapal yang menggabungkan atau menyatukan beberapa komponen menjadi satu kesatuan.

Menurut Drafting Engineer Rianra Marine, Ismail, pembuatan atau proses konstruksi Kapal Pinisi mengacu pada gambar-gambar yang telah dibuat sebelumnya.

"Modernisasi pada proses assembly di lapangan. Jadi part-part di kapal itu kita usahakan dimarking sesuai gambar," ujar Ismail saat ditemui di Galangan Rianra Marine Tanah Beru Bulukumba, Sabtu siang (3/5/2025). 

Meski demikian, upacara Annattara, proses pembuatan kapal yang melibatkan penyambungan lunas kapal, masih dipertahankan sebagai tradisi penting. Upacara Annattara merupakan bagian terpenting dari kapal, memiliki makna simbolis yang erat kaitannya dengan kepercayaan dan adat masyarakat Konjo, yang memandang proses ini sebagai prosesi penting dalam menciptakan kapal yang kuat dan beruntung.

Selain itu ada tradisi Annyorong Lopi, proses peluncuran kapal ke laut, yang sebelumnya ditandai dengan penyembelihan seekor kambing.

Tak ingin menyimpannya sendiri, Riara Marine juga aktif mengundang khalayak hingga turis mancanegara untuk menyaksikan upacara dan tradisi itu dan mengemasnya dalam paket tur wisata pembuatan Kapal Pinisi di Tanah Beru.




Incar Pasar Mancanegara

Di tahun 2025, Riara Marine mengerjakan pembuatan empat Kapal Pinisi. Tiga kapal masih dalam proses konstruksi di Tanah Beru, sedangkan satu kapal dalam proses pengerjaan interior di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

Tak hanya melibatkan para pengrajin suku Konjo di Bulukumba, proses pembuatan Kapal Pinisi oleh Riara Marine juga melibatkan tukang kayu terampil dari Bali, yang mengerjakan finishing di Labuan Bajo dan Bali.

Di depan para pengrajin itu, ada tujuh Sarjana Teknik Perkapalan yang mengawal proses pekerjaan dan menyelaraskannya dengan modernisasi melalui perhitungan-perhitungan komputer.

Di 2025 ini, Riara Marine juga memulai ekspansi ke luar negeri, setelah sebelumnya di tahun 2024, Riara Marine memiliki kantor baru di Lantai 2 Marina Executive Port Jalan Soekarno Hatta Labuan Bajo Flores.

Singapore Yachting Festival yang digelar 10-13 April 2025 di Marina Sentosa Singapura, menjadi batu loncatannya. Sejumlah proyek pun kini dalam tahap finalisasi. 

Bisnis juga terus berkembang, kini Riara Marine tak hanya mengurusi Kapal Pinisi. Mereka juga menawarkan pembuatan kapal berbahan fiberglas, juga paket wisata Labuan Bajo dan wisata edukasi pembuatan Kapal Pinisi di Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Semua informasi terkait sejarah, portofolio, juga visit tour, dapat diakses di website www.riaramarine.com.

Tak berhenti di situ. Upaya pelestarian pohon sebagai bahan baku pembuatan kapal juga dilakukan Riara.

Mereka berkolaborasi dengan komunitas lokal, melakukan penanaman bibit pohon Bitti, yang merupakan bahan baku gading Kapal Pinisi.

"Kami juga ada proyek kolaborasi dengan komunitas lingkungan di Bulukumba. Kolaborasi Biru namanya. Proyek itu bertepatan dalam rangka hari bumi," tutup Ismail. (*)