MAKASSAR, UNHAS.TV - Presiden Amerika Serikat telah menetapkan tarif impor baru untuk produk baja dan aluminium sebesar 25 persen.
Trump menyebutkan, tarif ini berlaku untuk semua negara tanpa pengecualian lalu kemudian meralat pernyataannya. "Kecuali Australia karena perdagangan kami surplus dengan negara itu," kata Trump.
Pernyataan Trump ini makin memanaskan situasi perdagangan global khususnya antara Amerika Serikat dan China.
Pada tahun 2023, China mengeskpor 92,3 juta metrik ton baja ke seluruh dunia, termasuk ke Amerika Serikat. Angka ini meningkat 39 persen dibanding tahun 2022.
Hingga saat ini China masih merupakan negara produsen baja mentah terbesar di dunia. Pada tahun 2023, produksinya mencapai 1,9 miliar ton, atau hampir 54 persen dari produksi baja mentah di dunia.
Jika Amerika Serikat kukuh dengan pengenaan tarif itu, China memang terdampak namun tidak begitu besar karena negara-negara penerima baja China saking banyaknya.
Khusus di Asia Tenggara, Vietnam adalah pemakai baja buatan China. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat di Vietnam diikuti dengan kebutuhan baja yang juga meningkat.
Selain Vietnam, tujuan pasar baja China juga banyak ke Korea Selatan, Philipina, Indonesia, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan Thailand. Negara-negara di Asia Tenggara umumnya lebih banyak mengimpor baja dalam bentuk lembaran.(*)