Waduk Regulasi Nipa-Nipa ini memiliki luas 83,93 hektare dengan kapasitas tampung sebesar 2,74 juta kubik.. Waduk ini berfungsi untuk menyimpan air sementara waktu selama terjadi puncak banjir, melalui pelimpah (spillway). Selanjutnya, pelimpah ini akan mengalirkan kembali debit air ini ke hilir Sungai Tallo melalui pintu pengatur dan atau pompa air.
Hal menarik, kata DR Riswal, Waduk Nipa-Nipa ini sempat berstatus waspada saat puncak musim penghujan, Januari lalu. "Ini bukan status waspada pertama kali sehingga ini sangat memprihatinkan," kata Sekretaris Lembaga Sertifikasi Profesi Unhas ini.
“Status waspada itu pertanda ada potensi atau dampak banjir. Hal ini terjadi karena ada fenomena unik di di hulu Waduk Nipa-Nipa," katanya.
Demi mengurangi risiko banjir, dosen Teknik Sipil ini memberikan solusi berdasarkan hasil dari riset yang telah dilakukan Unhas yakni dengan membangun kolam retensi yang dapat bekerja secara paralel.
“Pembangunan Waduk Nipa-Nipa yang hanya mampu mengurangi debit 33%, seharusnya diikuti pembangunan struktur pengendalian banjir yang lain,” ujarnya.
Hasil penelitian memperlihatkan, dengan membangun satu kolam retensi yang bisa bekerja secara paralel dengan Waduk Nipa-nipa maka sebaran genangan akibat banjir juga bisa dikurangi dan pada akhirnya luas potensi genangan.
Iffa/Selly