BARRU, UNHAS TV — Di tengah hiruk pikuk keseharian, sebuah pencerahan datang bagi 40 orang tua murid kelas 1 dan 2 SDN 191 Barru. Mereka bukan hanya sekadar berkumpul, melainkan menyelami dunia gizi dalam sebuah sesi edukasi interaktif bertema "Pencegahan Wasting pada Anak". Kegiatan yang menjadi bagian dari program pengabdian kepada masyarakat ini difasilitasi langsung oleh ahlinya: Prof. dr. Veni Hadju, M.Sc., Ph.D., seorang guru besar di bidang gizi masyarakat dari Universitas Hasanuddin.
Didanai melalui Hibah Pengabdian Masyarakat Internal dari LPPM Universitas Hasanuddin, inisiatif ini menegaskan komitmen perguruan tinggi dalam membawa ilmu pengetahuan langsung ke tengah masyarakat, memberdayakan keluarga, dan secara kolektif berinvestasi pada masa depan generasi penerus.
Melawan "Wasting": Ancaman Nyata yang Tersembunyi
Prof. Veni Hadju membuka paparannya dengan lugas, menjelaskan bahwa wasting—kondisi kekurangan gizi akut yang menyebabkan berat badan anak terlalu rendah dibandingkan tinggi badannya—bukanlah sekadar masalah sepele. Ini adalah ancaman serius yang dapat menghambat tumbuh kembang optimal anak, dan yang terpenting, harus dicegah sejak dini.
"Peran ibu, sebagai nahkoda utama di dapur keluarga, sangat krusial dalam menyusun menu makanan bergizi," tegas Prof. Veni. Beliau menekankan pentingnya asupan protein hewani seperti ikan dan telur. Protein adalah fondasi utama bagi pertumbuhan sel-sel tubuh, otot, dan organ vital, yang esensial di masa emas tumbuh kembang anak. Kekurangan protein hewani dapat berdampak jangka panjang pada kognisi, imunitas, dan kekuatan fisik anak.
Strategi Cerdas Menghadapi "Anak Susah Makan"
Satu pertanyaan yang kerap menghantui orang tua adalah bagaimana menghadapi anak yang malas makan. Prof. Veni menjawab tantangan ini dengan pendekatan yang kreatif dan penuh kesabaran. "Sajikan makanan dengan tampilan menarik, variasikan menu, dan pastikan kandungan gizinya mencukupi," sarannya. Beliau memberikan tips praktis, seperti melibatkan anak dalam proses persiapan makanan sederhana, membuat bentuk-bentuk lucu dari makanan, atau mengubah tekstur makanan agar lebih menarik bagi si kecil.
Lebih dari sekadar mengisi perut, Prof. Veni menekankan bahwa perhatian terhadap pola makan anak adalah investasi jangka panjang yang tak ternilai harganya. Gizi yang baik saat ini akan membentuk individu yang sehat, cerdas, dan produktif di masa depan.
Interaksi yang Mencerahkan dan Solusi Nyata
Suasana penyuluhan jauh dari kesan kaku. Orang tua secara aktif bertanya dan berbagi pengalaman, terutama terkait kesulitan menghadapi anak yang sulit makan. Pertanyaan-pertanyaan praktis seperti "Bagaimana jika anak hanya mau makan nasi dengan lauk itu-itu saja?" atau "Apa trik agar anak mau makan sayur?" dijawab dengan lugas oleh Prof. Veni. Jawaban dan tips yang disampaikannya disambut antusias karena menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan sangat praktis untuk diterapkan di rumah.
Kegiatan ini diperkaya dengan kehadiran tim ahli pendamping, yaitu Dr. Hasan Basri, S.KM., Dr. Andi Agus Mumang, S.KM., dan Firman, S.KM., M.KM.
Ketiganya turut memperkaya diskusi dengan penjelasan mendalam mengenai perilaku konsumsi dan pentingnya penguatan pesan kesehatan berbasis keluarga. Mereka menekankan bahwa edukasi gizi harus menjadi bagian integral dari kebiasaan sehari-hari dalam keluarga, bukan hanya pengetahuan yang didapat sesaat.
Mendukung Visi Global: Sehat dan Sejahtera untuk Semua
Lebih dari sekadar memberikan manfaat lokal, kegiatan ini merupakan kontribusi nyata dalam peningkatan literasi gizi masyarakat dan secara langsung mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Secara spesifik, program ini selaras dengan:
Tujuan 2: Mengakhiri Kelaparan dan Meningkatkan Gizi, dengan fokus pada pencegahan malnutrisi pada anak.
Tujuan 3: Menjamin Kehidupan Sehat dan Kesejahteraan Semua Usia, melalui edukasi kesehatan preventif yang berorientasi pada masa depan.
Kepala SDN 191 Barru menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penyelenggara. "Kami menyambut baik kegiatan ini karena sangat membantu para orang tua dalam memahami pentingnya gizi seimbang bagi anak," ujarnya. Beliau juga mengungkapkan harapan besar agar kolaborasi antara sekolah dan perguruan tinggi ini dapat terus berlanjut, menciptakan sinergi positif yang berkelanjutan demi peningkatan kualitas hidup masyarakat Barru.
Edukasi gizi ini bukan hanya sekadar penyampaian informasi, melainkan sebuah dorongan untuk perubahan nyata. Ini adalah pengingat bahwa setiap piring makanan yang disajikan adalah fondasi bagi kesehatan, kecerdasan, dan masa depan anak-anak kita. Dengan pengetahuan dan implementasi yang tepat, kita dapat bersama-sama membangun generasi yang lebih sehat dan sejahtera. (*)