Polhum

Evaluasi Program Makan Bergizi Gratis Program Andalan Prabowo, Sudahkah Tepat Sasaran?




Dosen Ilmu Politik FISIP Unhas Ummi Suci Fathia Bailusy SIP MIP. (dok unhas.tv)

Selain itu, aspek budaya dan kebiasaan makan masyarakat setempat juga harus diperhatikan. Tidak semua daerah memiliki pola konsumsi yang sama, sehingga menu yang disediakan perlu disesuaikan agar dapat diterima oleh anak-anak di berbagai wilayah.

Sebuah studi dari Universitas Gadjah Mada mengungkapkan bahwa keberhasilan program makan gratis tidak hanya bergantung pada penyediaan makanan, tetapi juga pada penerimaan masyarakat terhadap makanan yang disajikan.

Faya, sapaan akrab Ummi Suci Fathia, menegaskan bahwa pendataan yang lebih akurat harus menjadi prioritas utama sebelum program ini diperluas lebih jauh.

Pemerintah perlu melakukan kajian lebih mendalam terhadap data penerima manfaat, kondisi ekonomi siswa, serta preferensi makanan di berbagai daerah agar program ini tidak hanya berjalan sesuai target tetapi juga memberikan manfaat maksimal bagi peningkatan gizi anak-anak Indonesia.

Diharapkan, dengan perbaikan dalam sistem pendistribusian, pencatatan data yang lebih akurat, serta adaptasi terhadap pola makan lokal, program ini dapat benar-benar menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan gizi di Indonesia.

Kolaborasi antara pemerintah, tenaga pendidik, dan masyarakat menjadi kunci utama dalam memastikan kesuksesan program Makan Siang Bergizi Gratis di seluruh negeri.

“Harusnya ada pendataan dulu, apakah ada sekolah di daerah-daerah tertentu yang memang urgent  sekali. Mungkin mereka yang sulit mendapatkan akses makan yang bergizi,” ujarnya.

Faya menambahkan, pemerintah perlu melakukan kajian lebih mendalam terhadap data penerima manfaat, kondisi ekonomi siswa, serta preferensi makanan di berbagai daerah.

Dengan begitu, program ini tidak hanya berjalan sesuai target, tetapi juga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi peningkatan gizi anak-anak indonesia. (*)

(Rizka Fraja/ Unhas.tv)