LONDON, UNHAS.TV - Derbi London Utara selalu menyimpan aroma dendam, tetapi Minggu (23/11/2025) malam di Emirates Stadium menghadirkan sesuatu yang lebih liar dan tawa.
Bukan sekadar bragging rights, melainkan “sniggering rights” hingga “belly-laughing rights”, setelah Arsenal membantai Tottenham Hotspur dengan kemenangan telak dan hattrick sensasional 4-1 dari Eberechi Eze—pemain yang nyaris direbut Spurs beberapa bulan lalu.
Arsenal kini melesat enam poin di puncak klasemen Liga Premier, memanfaatkan kekalahan Manchester City dari Newcastle sehari sebelumnya.
Di tribun, para Gooners menunjukkan tifo raksasa berisi legenda dan pemain masa kini—termasuk Sol Campbell dalam ukuran Godzilla—seolah memastikan tetangga mereka di London Utara mendapat sambutan yang “hangat”.
Namun malam itu panggung adalah milik Eze. Pemain yang dibajak Mikel Arteta dari Crystal Palace, tepat ketika Tottenham sudah mencapai kesepakatan £67,5 juta pada Agustus lalu.
Arteta bergerak cepat, menyamai tawaran, membujuk Eze yang notabene pernah ditolak Arsenal ketika masih remaja—untuk pulang.
Setelah tampil biasa-biasa saja di laga-laga awal musim, Eze seperti menyimpan daya ledak khusus untuk derbi perdananya. Ledakan itu tiba lewat tiga gol brilian dari gelandang bernomor punggung 10 tersebut.
Arsenal membuka skor melalui Leandro Trossard setelah Mikel Merino mengirim umpan lambung elegan yang membuat lini belakang Spurs terbuka begitu saja. Bola sepakan Trossard sempat mengenai Micky van de Ven sebelum bersarang.
Belum lima menit, Eze menggandakan keunggulan. Berawal dari sapuan keliru Kevin Danso, Declan Rice mengirim bola ke Eze. Dengan ketenangan seorang seniman, ia mengecoh dua pemain Spurs, lalu mengirim tembakan datar melewati Guglielmo Vicario.
Di tribun, sorakan berubah menjadi gelombang gelak: inilah pemain yang hampir mereka lihat berseragam putih musim ini.
Spurs menunjukkan sedikit perlawanan di akhir babak pertama—termasuk tabrakan ala rugbi antara Jurrien Timber dan Destiny Udogie—tetapi jeda turun minum justru menjadi awal bencana lanjutan.
Baru 36 detik babak kedua berjalan, Eze kembali menghancurkan Spurs. Bukayo Saka merampas bola dari Wilson Odobert, Timber menusuk dari kanan, dan memberikan bola kepada Eze yang melepaskan sepakan mendatar ke tiang jauh. Setelah gol, ia menutup mulut dengan tangan. Seakan mencoba menahan tawa, tapi jelas gagal.
Tottenham mencoba merespons. Frank menarik Danso, memasukkan Xavi Simons, dan Spurs akhirnya menemukan gol hiburan dari kaki Richarlison.
Gol Spektakuler Joao Palhinha
Berawal dari tekel bersih Joao Palhinha terhadap Martin Zubimendi, pemain Brasil itu melambungkan bola dari jarak lebih dari 40 meter, melewati David Raya. Gol spektakuler. Gol yang akan dikenang. Sayangnya untuk Spurs, gol itu tidak mengubah apa pun.
Namun Arsenal tetap mengendalikan laga. Trossard kemudian mengirim umpan matang kepada Eze, yang mengunci kemenangan sekaligus melengkapi hattrick profesional pertamanya.
Bek Spurs Udogie berusaha menutup ruang, tetapi justru tergelincir dan jatuh, menambah ironi dari petaka Spurs.

Statistik pertandingan saat Arsenal menekuk Tottenham Hostpurs dengan skor telak 4-1. (screenshot the sun)
Vicario berhasil menggagalkan peluang keempat Eze, tetapi itu tidak cukup untuk menahan gelombang kegembiraan tuan rumah.
Sementara para pemain Tottenham tertunduk, suara-suara ejekan dari tribune terus menggema sepanjang Seven Sisters Road—jalur pulang yang terasa lebih panjang dari biasanya bagi kubu tamu.
Spurs kini telah kalah enam dari tujuh derbi terakhir sejak kepergian Harry Kane, sang pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah duel ini.
Lini belakang mereka kembali rapuh, meski mencoba bermain defensif. Arsenal, sebaliknya, menunjukkan keteguhan: mereka baru kebobolan satu kali di Emirates musim ini sebelum gol Richarlison.
Absennya Gabriel yang mengalami cedera saat tugas internasional, memaksa Arteta memberikan debut Premier League kepada Piero Hincapié. Tetapi Arsenal tetap kokoh.
Saka berkali-kali merepotkan pertahanan Spurs, memaksa Rodrigo Bentancur mendapatkan kartu kuning setelah melakukan pelanggaran untuk menghentikan akselerasinya. Serangan balik Tottenham pun kerap mentok di lini tengah.
Keunggulan enam poin di puncak membuat narasi besar mulai bergulir: apakah ini musim Arsenal? Apakah mereka akan kembali mengangkat trofi Premier League untuk pertama kalinya sejak era Invincibles, 22 tahun silam?
Jalan masih panjang, tetapi dominasi di derbi—dengan gaya yang memalukan rival—menjadi sinyal kuat. Arteta membangun tim yang stabil, cepat, sekaligus klinis, dengan kreativitas dari Eze yang akhirnya menemukan rumah baru dan panggung paling tepat.
Dan di malam ketika ejekan lebih lantang daripada sorakan, Arsenal tidak hanya memenangkan derbi. Mereka merayakan sesuatu yang jauh lebih memuaskan: kemenangan yang membuat seluruh London Utara tahu betapa keras mereka tertawa.
Arsenal tertawa terakhir—and loudest. (*)
Gelandang Arsenal Eberechi Eze merayakan gol yang dicetaknya ke gawang Tottenham Hotspurs dalam derby London Utara, Minggu (23/11/2025) malam. Arsenal kokoh di puncak klasemen Liga Inggris. (screenshot the sun)






 Virza Sasmitawidjaja-300x169.webp)
-300x200.webp)
