UNHAS.TV - Siapa sangka, aktivitas mengunyah yang kerap dianggap biasa saja ternyata menyimpan manfaat luar biasa bagi perkembangan otak anak.
Di tengah minimnya perhatian terhadap hal ini, seorang pakar dari Universitas Hasanuddin (Unhas) mengungkap fakta mengejutkan: semakin aktif anak mengunyah, semakin optimal pula suplai oksigen ke otaknya.
Hal tersebut disampaikan oleh Prof Dr drg Muhammad Harun Achmad MKes SpKGA Subsp KKA(K) FSASS, seorang Dokter Spesialis Gigi Anak sekaligus akademisi Fakultas Kedokteran Gigi Unhas.
Dalam pemaparannya di lantai 2 Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Hasanuddin, Prof. Harun menjelaskan bahwa proses mengunyah bukan hanya berperan dalam menghancurkan makanan, tetapi juga memiliki efek fisiologis yang signifikan terhadap aktivitas otak.
"Ketika dia mengunyah, maka hasil penelitian menunjukkan bahwa suplai darah ke otak itu akan terbuka lebar. Dalam hal ini kita berbicara tentang suplai oksigen—lebih lancar ketika anak melakukan fungsi kunyah,” jelas Prof. Harun.
Ia menambahkan, saat otot-otot di area rongga mulut aktif bekerja selama proses mengunyah, terjadi stimulasi metabolik yang meningkatkan pembukaan kapiler-kapiler halus di otak.
Alhasil, dampak dari aktivitas mengunyah membuat aliran darah dan oksigen menjadi lebih lancar dan mendukung aktivitas kognitif anak secara menyeluruh.
Temuan ini menegaskan keterkaitan langsung antara kesehatan oral dan fungsi otak. Jika fungsi kunyah anak terganggu—misalnya akibat maloklusi atau susunan gigi yang tidak rata—maka efek domino bisa terjadi: suplai oksigen berkurang, aktivitas otak terganggu, dan akhirnya berdampak pada perkembangan kecerdasan anak.
Dalam wawancara lebih lanjut, Prof. Harun menggarisbawahi bahwa kondisi gigi dan rahang yang tidak selaras sering kali tidak disadari oleh orang tua.
Padahal, tanda-tandanya bisa dikenali dari kebiasaan makan anak: apakah ia lebih banyak menggunakan satu sisi mulut, apakah makanan sering tidak dikunyah tuntas, atau apakah anak terlihat lamban saat mengunyah makanan padat.
 FSASS.webp)
Prof Dr drg Muhammad Harun Achmad MKes SpKGA Subsp KKA(K) FSASS. (dok unhas.tv)
Karena itu, Prof. Harun mendorong para orang tua untuk lebih peka terhadap fungsi kunyah anak sejak usia dini.
Pemeriksaan rutin ke dokter gigi anak bukan sekadar menjaga kebersihan gigi, tapi juga langkah preventif untuk mendeteksi gangguan yang bisa menghambat tumbuh kembang anak.
Penelitian ilmiah yang dipublikasikan di jurnal Frontiers in Psychology (Hirano et al., 2013) menunjukkan bahwa aktivitas mengunyah dapat meningkatkan aktivitas prefrontal cortex, area otak yang bertanggung jawab terhadap fungsi eksekutif seperti atensi, memori kerja, dan pengambilan keputusan.
Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa anak-anak yang rutin mengunyah makanan keras memiliki performa belajar yang lebih baik dibanding anak-anak yang terbiasa mengonsumsi makanan lunak.
Demikian pula dalam studi oleh Takada et al. (2017) di Journal of Oral Rehabilitation, ditemukan bahwa adanya korelasi antara fungsi mastikasi dan kapasitas memori jangka pendek pada anak usia sekolah. Mereka yang memiliki fungsi kunyah lebih baik menunjukkan hasil tes memori yang lebih tinggi.
Menumbuhkan Kesadaran Baru
Temuan ini membawa angin segar dalam upaya menumbuhkan kesadaran akan pentingnya fungsi oral dalam pengembangan anak secara holistik.
Mengunyah bukan sekadar tugas otot rahang. Ia adalah gerbang awal yang mengantarkan oksigen ke otak, menyokong sistem saraf pusat, dan pada akhirnya mendukung kemampuan kognitif.
“Jangan remehkan mengunyah. Ini bukan hanya soal makan, tapi juga soal belajar dan berpikir,” tegas Prof. Harun.
Ke depan, diharapkan ada sinergi antara dunia pendidikan, kesehatan, dan keluarga dalam memastikan anak-anak Indonesia tidak hanya tumbuh sehat, tetapi juga cerdas secara optimal.
(Venny Septiani Semuel / Unhas.TV)