Travel

Gua Maria dan Jalan Salib di Rangkasbitung

Tanpa sepengetahuan Livi, saya juga menyusun jadwal perjalanan. Dari Bogor, saya bergerak menempuh jalur Dramaga ke Leuliang, Cinangneng, Jasinga, hingga Rangkasbitung. Setelah meninggalkan Jasinga, perjalanan lebih banyak melintasi hutan. Setelah tiga jam, akhirnya tiba di Rangkasbitung.

Gua Maria di Rangkasbitung (foto: Yusran Darmawan)

Kompleks ini dinamakan Gua Maria Bukit Kanada, Rangkasbitung. Saya pikir, tempat ini ada kaitan dengan satu lokasi di Kanada. Ternyata Kanada adalah singkatan dari Kampung Narimbang Dalam, yang merupakan lokasi gua ini.

Saya melihat sekeliling. Kompleks gua ini dipenuhi pohon-pohon rimbun. Lokasinya agak jauh dari pemukiman sehingga menjadi tempat ibadah yang tenang dan sejuk. Di lapangan parkir yang luas, saya melihat banyak mobil berpelat Jakarta.

Setelah memarkir kendaraan, saya tidak langsung ke Gua Maria. Saya singgah dulu ke kantin di lokasi parkiran. Tiga jam perjalanan membuat saya cukup lelah dan lapar. Saya sejenak mencoba mie ayam serta ngopi di kantin kecil di situ.

Saya bertemu Hans, seorang sekuriti yang lama bekerja di situ. Dia bercerita, selain Gua Maria, di situ ada kapel kecil untuk pelayanan Perayaan Ekaristi, serta area jalan salib dengan 14 perhentian. Rutenya melewati hutan kecil serta kebun-kebun yang bernuansa alami.

Sebanyak 14 perhentian itu akan mengingatkan pada peristiwa yang dialami oleh Yesus saat dijatuhi hukuman mati, memikul salib, hingga mati dan dikubur. Di perhentian-perhentian tersebut umat bisa melakukan devosi atau berdoa.

Hans bergabung di organisasi bernama Mudika, yang merupakan singkatan dari Muda-Mudi Katolik. Kini, berganti nama jadi Orang Muda Katolik (OMK). Sebelum dan ketika Gua Maria dibangun, Mudika St. Yoseph (nama Mudika waktu itu) terlibat aktif dalam pengumpulan dana untuk pembangunan Gua Maria dengan antara lain dengan berjualan makanan.

Sejak peletakan batu pertama, Mudika pun terlibat aktif dalam pembangunan Gua Maria. Bukan hanya itu saja, setelah Gua Maria selesai dibangun, Mudika juga juga melakukan pendekatan dengan masyarakat sekitar, antara lain dengan melakukan pertandingan voli di lapangan yang saat ini menjadi lapangan parkir Gua Maria.

Ketika situasi keamaan saat itu kurang kondusif, Mudika secara bergilir berjaga dan ronda di Gua Maria. Untuk menjaga agar jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, ketika bulan peziarahan berlangsung (Mei dan Oktober), Mudika melakukan pencatatan tentang jumlah para peziarah, mencatat nomor kendaran serta melaporkan kepada aparat terkait.

HALAMAN SELANJUTNYA -->

>> Baca Selanjutnya