Budaya

Haul AGH Muhsin Umar di Pinrang, Arief Rosyid Refleksikan Kekuatan Sejarah Budaya dan Religi Sulsel

PINRANG, UNHAS.TV - Ketua Umum PB HMI Periode 2013-2015 Muhammad Arief Rosyid Hasan membagikan pengalaman religi berpadu dengan budaya saat berkunjung ke Jampue, Pinrang, Sulawesi Selatan, Senin hingga Selasa (13-14/1/2025).

Arief Rosyid mengikuti Haul pertama, peringatan meninggalnya Ulama Besar Anregurutta Haji (AGH) Muhsin Umar Affandi di tanah leluhurnya di Jampue, Pinrang. AGH Muhsin Umar Affandi merupakan keturunan Syekh Muhammad bin Abdullah Affandi.

Bertempat di Masjid Jami At-Taqwa, Jampue, Senin (13/1/2025) malam, Arief berbaur bersama para ulama dan masyarakat untuk mendoakan mendiang AGH Muhsin Umar Affandi. 

“AGH Muhsin Umar adalah seorang ahli fiqh dari Sulawesi Selatan. Dalam catatan silsilahnya, AGH Muhsin Umar adalah keturunan keempat dari Syekh Muhammad Abdullah Affandi. Sosok Syekh Muhammad Abdullah diperkirakan wafat pada abad ke-18 yang merupakan ulama asal Hejaz kelahiran Ismhir, Turki,” kata Arief. 



ULAMA. Haul pertama Anregurutta Haji (AGH) Muhsin Umar Affandi di tanah leluhurnya di Jampue, Pinrang, Senin (13/1/2025). (dok unhas.tv)


Lebih lanjut, Syekh Muhammad Abdullah Affandi adalah salah satu murid dari Syekh As Syarqawi, yang tak lain mufti Syafiliah di Kairo, Mesir.

"Ketika tiba di Sulawesi Selatan, beliau berguru pada Guru Lolo untuk memperdalam ilmu ruhaniyah, salah satu murid terkemuka dari Syekh Zainal Abidin," kata Arief.

Dengan keahlian yang dimiliki di bidang agama Islam serta pengalaman menimba ilmu di Maroko dan Mesir, Syekh Muhammad Abdullah Affandi kemudian diangkat menjadi penasehat raja di masa Fatimah yang bergelar Petta Lerang Arung Jampue.

"Beliau menurunkan ulama-ulama yang menjadi Qadi atau Hakim Agama Islam secara turun-temurun di Jampue, Pinrang," lanjut alumnus Fakultas Kedokteran Gigi Unhas ini.

Arief pun berharap, kekayaan tradisi dan religi dari Jampue menjadi inspirasi para generasi muda. “Inspirasi bisa kita dapatkan karena mengetahui sejarah, dengan diawali mengenal silsilah kita," ujarnya.

"Saya pribadi jadi tahu karena awalnya penasaran. Akhirnya bertanya ke ibu, om, kerabat-kerabat, dan akhirnya tiba di sini. Masya Allah, semoga kita generasi muda mampu menjadikan para syekh, kiai, anre gurutta, sebagai teladan. Teladan dalam intelektual dan keteguhan dalam menegakkan ajaran-Nya,” tutupnya. 

Sebelumnya, pada September 2024 lalu, Arief telah berkunjung ke Jampue dengan mengajak serta seorang kerabatnya KH Helmi Ali Yafie, yang juga putra KH Ali Yafie --seorang akademisi ahli manuskrip, jurnalis, serta aktivis muda peduli budaya.

Perjalanan ke Jampue saat itu adalah bagian dari roadshow Arief ke lima kabupaten di Sulawesi Selatan. Arief menginisiasi perjalanan tersebut karena diawali rasa penasaran mengenai siapa sebenarnya buyut ataupun leluhurnya, khususnya dari garis keturunan dari ibu. 

Pada perjalanan tersebut pulalah, berkat ‘bacaan’ dari Prof. Oman Fathurahman, Arief mendapat banyak wawasan berharga.

“Prof. Oman membaca manuskrip yang disimpan keturunan mendiang Syekh Muhammad bin Abdullah Affandi. Ada pula koleksi jurnal yang ditulis tangan, dan menceritakan kebiasaan mangngaji tudang, bentuk budaya dakwah intelektual pada masa lampau,” jelas Arief. (*)