Menumpang di masjid cuma membayar Rp 30 ribu per bulan. Menumpang di tetangga harus membayar Rp 100 ribu per bulan.
"Iye, susah, karena tidak ada kodong pipa induk masuk ke sini, jadi lewat masjid maki dapat air bersih kodong," katanya.
Namma menyebut, sumber air dari sumur bor tidak bisa diandalkan karena airnya berwarna hitam dan berminyak. Mungkin akibat karena penimbunan terus menerus sehingga menghasilkan cairan lindi yang merembes ke bagian terdalam permukaan tanah.
Cairan lindi ini sangat berbahaya karena mengandung zat berbahaya semisal logam berat. Ini tentu sangat berbahaya untuk kesehatan manusia.
Pada sisi lain, keberadaan TPA Antang juga menjadi sumber mata pencaharian sebagian warga setempat. Husniar, warga Kampung Bugis, bekerja setiap hari selama empat tahun memilah sampah untuk dijual kembali.
Husniar bekerja mulai pukul 7 pagi hingga 4 sore dengan penghasilan tak menetap mulai Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu per hari. Semuanya tergantung berapa seberapa berat jumlah sampah yang ia pilah.
Husniar juga mengaku kesulitan mendapatkan air bersih meski ia berlangganan di PDAM Makassar. Air PDAM hanya bisa mengalir pada dini hari, pukul 24:00 hingga 03:00 Wita. Bahkan pada hari Minggu, air sama sekali tidak mengalir.
Husniar dan Namma berharap Pemerintah Kota Makassar segera mencari jalan keluar untuk mereka. Mereka berharap PDAM Makassar memasang pipa induk supaya lebih banyak warga bisa mendapatkan air secara layak.
Zulkarnaen & Nurry Nurhayati (Unhas TV)