KOTA KINABALU,UNHAS.TV - Suasana sejuk di kaki Gunung Kinabalu menjadi saksi bisu berkumpulnya 31 pemuda-pemudi pilihan dari enam negara di Asia Tenggara dan sekitarnya. Mereka bukan sekadar pelancong, melainkan calon pemimpin masa depan yang dididik untuk menghadapi krisis multidimensi dalam program 3rd International Borneo One Health Summer Camp (IB OHSeM) 2025. Digelar pada 31 Agustus hingga 8 September 2025 di Sabah, Malaysia, kegiatan ini bukan hanya sekadar agenda akademik, melainkan sebuah perjalanan transformatif yang memadukan ilmu, empati, dan aksi nyata.
Dibingkai dengan tema “Planetary Health Future Leaders: Essential Leadership Skills to Tackle the Triple Planetary Health Crisis,” IB OHSeM 2025 menjadi wadah bagi para mahasiswa dengan latar belakang kesehatan beragam, mulai dari kedokteran, farmasi, biomedis, hingga kesehatan masyarakat. Mereka berasal dari Filipina, Vietnam, Malaysia, Indonesia, Brunei, dan Bangladesh, yang semuanya datang dengan satu tujuan: memahami dan merumuskan solusi untuk tiga krisis planet yang paling mendesak, yaitu perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi.
Berpetualang di Hutan Borneo, Belajar dari Alam dan Masyarakat
Perjalanan dimulai di Sandakan, jantung konservasi satwa liar Borneo. Alih-alih hanya berteori di ruang kelas, para peserta diajak langsung ke lapangan. Mereka mengunjungi Sepilok Orangutan Rehabilitation Centre dan Borneo Sun Bear Conservation Centre untuk melihat langsung upaya penyelamatan dan rehabilitasi satwa. Pengalaman ini bukan hanya membuka mata tentang pentingnya ekosistem hutan hujan tropis, tetapi juga menumbuhkan kesadaran bahwa kesehatan manusia tidak bisa dipisahkan dari kesehatan hewan dan lingkungan.
Namun, pembelajaran tidak berhenti di sana. Di tengah hutan yang rimbun, para peserta juga turun tangan melayani masyarakat lokal. Di Kampung Tinusa 2, mereka mengadakan bakti sosial berupa pemeriksaan kesehatan dasar (BMI, tekanan darah, gula darah), konsultasi gizi, dan bahkan pelatihan pertolongan pertama (CPR). Interaksi ini menjadi momen berharga untuk menyentuh langsung denyut kehidupan masyarakat, memahami tantangan kesehatan yang mereka hadapi, dan menyadari betapa pentingnya peran kolaborasi lintas disiplin.
Perjalanan berlanjut ke Kundasang, desa di dataran tinggi yang menawarkan lanskap indah. Di Kampung Cinta Mata, bakti sosial serupa kembali digelar, namun dengan fokus yang lebih mendalam pada dialog dengan warga. Melalui percakapan langsung ini, para peserta mendapatkan wawasan baru tentang tantangan kesehatan yang spesifik di daerah pegunungan, menggarisbawahi pentingnya pendekatan yang disesuaikan dengan konteks geografis dan sosial.
Dari Teori ke Aksi: Mengolah Wawasan di Kota Kinabalu
Tahap akhir dari summer camp berpusat di Kota Kinabalu, di mana pembelajaran lebih difokuskan pada studi kasus yang intensif. Peserta terbagi dalam kelompok diskusi untuk membahas topik-topik krusial, seperti Systems Thinking and Intersectoral Collaboration, Climate Change Adaptation and Resilience, dan Ethics and Dilemmas in Conservation. Di sini, mereka tidak hanya mengasah kemampuan berpikir kritis, tetapi juga belajar bagaimana berkolaborasi dalam tim yang multinasional dan multidisiplin. Diskusi ini menjadi ajang di mana ide-ide brilian lahir, di mana perbedaan latar belakang justru menjadi kekuatan untuk menemukan solusi yang holistik dan inovatif.
Di penghujung acara, ketegangan diskusi ilmiah melebur dalam kehangatan Cultural Night. Para peserta mengenakan busana tradisional masing-masing, menampilkan tarian dan lagu daerah yang memukau. Suasana penuh persahabatan ini membuktikan bahwa meskipun datang dari negara yang berbeda, mereka semua memiliki satu jiwa yang sama: semangat untuk berkontribusi bagi dunia. Momen ini menjadi penutup yang manis, memperkuat ikatan persahabatan yang telah terjalin selama sembilan hari.
Menurut Ketua Panitia IB OHSeM 2025, Dr. Zulkhairul Naim Bin Sidek Ahmad, acara ini dirancang untuk memberikan pengalaman yang menyeluruh. "Harapan kami, mereka dapat menjadi pemimpin muda yang peduli terhadap kesehatan planet dan pembangunan berkelanjutan," ujarnya. Lebih dari sekadar ilmu dan keterampilan, para peserta pulang membawa pengalaman berharga serta jaringan internasional yang luas, bekal penting untuk menjadi agen perubahan di masa depan.
IB OHSeM 2025 sekali lagi membuktikan bahwa kolaborasi lintas negara dan lintas disiplin adalah kunci untuk menghadapi tantangan global. Ini adalah kisah tentang bagaimana pemuda-pemudi dari berbagai belahan dunia berkumpul, bukan hanya untuk belajar, tetapi untuk bertumbuh bersama dan berkomitmen menjadi bagian dari solusi.(*)