MAKASSAR, UNHAS.TV - Delapan tahun lalu tidak seorang pun yang menyangka Shwe Kokko Myaing akan seramai sekarang. Gedung-gedung tinggi bermunculan, fasilitas perbelanjaan bertebaran, dan lalu lintas yang hiruk pikuk oleh kendaraan.
Shwe Kokko Myaing awalnya hanya sebuah wilayah yang dipenuhi oleh pohon trembesi emas dan karena ciri khas pohon itu lalu dinamakan Shwe Kokko Myaing atau Wilayah Trembesi Emas.
Saat itu hanya ada beberapa gedung yang berjarak sangat jauh satu sama lain. Tidak ada orang lain yang berani lewat di wilayah itu karena ini pernah jadi lahan peperangan.
Secara geografis, Shwe Kokko Myaing terletak di sebelah barat Sungai Moei dan di sebelah timur adalah wilayah negara Thailand. Siapapun yang berada di ketinggian gedung di Shwe Kokko Myaing, bisa melihat kehidupan sehari-hari orang Thailand.
Wilayah ini kemudian berubah drastis berkat seorang imigran China bernama She Zhijiang. Pria itu kini berada di satu penjara di Bangkok, Thailand, dan menunggu proses ekstradisi ke China.
She Zhijiang lahir di satu desa miskin di Hunan, China, pada 1982. Orangtuanya yang miskin tidak mampu menjamin biaya pendidikannya sehingga pada usia 14 tahun, ia memutuskan berhenti sekolah.
Namun entah dari mana She Zhijiang akhirnya punya keahlian pemrograman komputer. Dari kemampuan itu, ia berpindah ke Philipina untuk mengembangkan usaha judi online karena pergerakannya di China sudah diawasi pihak keamanan.
Tidak hanya di Philipina, She Zhijiang juga mengembangkan bisnis judi online di Kamboja dan sempat menjadi warga negara itu. Tentu saja ia memakai satu dari enam nama palsu yang ia buat sendiri.
Tahun 2016, ia berkenalan dengan Saw Chit Thu, seorang ketua kelompok geng kriminal di Myammar. Keduanya bekerja sama.
She Zhijiang menyediakan dana, bangunan, dan peralatan judi online, sedangkan Saw Chit Thu menyediakan 8.000 tentara bayaran untuk mengamankan bisnis keduanya.
Berkat uang dan kekuasaan yang ia miliki, She Zhijiang dengan cepat mengubah tempat itu sebagai tempat perjudian yang kemudian diminati oleh warga China yang datang belakangan.
Dari semula jadi tempat perjudian, Shwe Kokko Myaing kemudian menjadi wilayah yang terkenal dengan penipuan, pencurian data online, dan perdagangan manusia. Orang-orang pun dari berbagai negara makin banyak berdatangan.
Mei 2022, tercatat sebanyak 1.225 warga China berdiam di tempat itu, sebagian besar di antaranya adalah pendatang ilegal yang datang untuk mencari penghidupan yang layak, apapun caranya bahkan bila perlu terlibat dalam operasi penipuan.
Begitu Shwe Kokko Myaing makin ramai, She Zhijiang mendirikan Kota Yatai Baru sebagai pusat dari segala kehidupan di Shwe Kokko Myaing. Saking banyaknya orang dari China, Shwe Kokko Myaing laksana satu kota di China karena semua chiri khas China ada di tempat itu.
Pihak Pemerintah Myammar menyebut, Shwe Kokko Myaing adalah pusat dari semua operasi penipuan online. Para pellakunya kebanyakan datang dari Thailand, Kamboja, Laos, Malaysia, Hong Kong, Taiwan, India, Philipina, dan Indonesia. Mereka ini bekerja dalam tekanan yang dikendalikan oleh kelompik kriminal dari China dan Myammar.
Penipuan menyasar warga negara Asia dan negara-negara lainnya yang berbahasa Inggris. Khusus untuk calon korban yang berbahasa Inggris, pengendali kejahatan memanfaatkan orang India yang jumlahnya sekitar 300 orang di Shwe Kokko Myaing.
Tidak ada data resmi berapa jumlah uang yang beredar di tempat itu namun diperkirakan lebih dari jutaan dollar.
Tak pelak, para pebisnis pun mulai melirik Shwe Kokko Myaing sebagai salah satu tempat berinvestasi paling menguntungkan. Mereka datang untuk membangun kasino dan hotel.
Meskipun Pemerintah Myammar gerah dengan kejahatan yang dikendalikan di Shwe Kokko Myaing, namun mereka sebenarnya juga menikmati keuntungan. Reputasi Shwe Kokko Myaing sebagai "kota paling berdosa di Asia" memancing banyak pelancong datang ke negara itu.
Sebaliknya, Thailand yang kena getah. Pelancong yang datang ke Thailand, ternyata hanya menjadikan negara itu sebagai tempat transit demi mudah masuk ke Shwe Kokko Myaing.
Sesungguhnya upaya untuk memberantas kejahatan terencana sudah dilakukan secara bersambung, baik yang dilakukan sendiri oleh Pemerintah Myammar, maupun yang melibatkan negara tetangga seperti Thailand dan Kamboja.
Upaya itu sampai sekarang belum berhasil. Salah satu penyebabnya, Shwe Kokko Myaing sudah menjadi aset paling berharga yang harus dilindungi.
Sejumlah kelompok-kelompok kriminal telah memiliki tentara-tentara bayaran yang siap mati demi kelangsungan kehidupan di wilayah itu.
"Semua orang tahu apa yang terjadi di dalam gedung-gedung yang ada di kota ini. Bahwa mereka bilang tidak ada kegiatan kejahatan, yakinlah, itu bohong sama sekali. Tidak seorang pun yang berada di balik kaca-kaca gedung itu datang untuk hal-hal baik," kata seorang gadis yang pernah bekerja di satu perusahaan penipuan.(*)