
Ratusan ribu pengunjuk rasa ikut serta dalam aksi unjuk rasa "Kebebasan untuk Imamoglu" yang diselenggarakan CHP. Credit: Umit Bektas/REUTERS.
Tekanan terhadap Media dan Kebebasan Pers
Pihak berwenang juga menindak keras peliputan media. Tiga belas jurnalis Turki ditangkap dalam lima hari terakhir. Seorang koresponden BBC dideportasi, dan seorang jurnalis Swedia ditahan saat tiba di Istanbul untuk meliput kerusuhan. (The Washington Post, 28 Maret 2025)
Meskipun 11 jurnalis, termasuk Yasin Akgul, seorang fotografer AFP, dibebaskan pada hari Jumat (29 Maret 2025), dua lainnya dan pengacara İmamoğlu, Mehmet Pehlivan, yang kemudian diberikan pembebasan bersyarat, masih ditahan. (France 24, 29 Maret 2025)
Majikan Joakim Medin, seorang jurnalis Swedia yang terbang ke Turki pada hari Kamis (28 Maret 2025) untuk meliput demonstrasi, mengatakan kepada AFP bahwa dia ditahan pada hari Jumat (29 Maret 2025). Mereka mengatakan bahwa tuduhan terhadapnya masih belum jelas. (Swedish Radio, 30 Maret 2025)
"Tuduhan itu 100 persen palsu," kata Andreas Gustavsson, editor pelaksana Dagens ETC, di akun X-nya. (Dagens ETC, 29 Maret 2025)
Menteri Luar Negeri Swedia Maria Malmer Stenergard mengatakan dalam sebuah posting media sosial bahwa Stockholm "menyikapi serius" penangkapannya. (Euronews, 30 Maret 2025)
Menurut BBC, pihak berwenang Turki menahan koresponden Mark Lowen selama 17 jam pada hari Rabu (27 Maret 2025) dan kemudian mendeportasinya karena "ancaman terhadap ketertiban umum." (BBC, 28 Maret 2025)
Direktorat Komunikasi Turki menyatakan deportasinya karena "kurang kredibilitas." (Anadolu Agency, 29 Maret 2025)
Barış Altıntaş, seorang manajer di MLSA, sebuah LSM hukum yang membantu banyak tahanan, mengatakan kepada AFP bahwa pihak berwenang "tampaknya sangat bertekad untuk membatasi liputan protes."
"Karena itu, kami khawatir penindasan terhadap pers tidak hanya akan berlanjut, tetapi juga meningkatnya penangkapan," katanya. (AFP, 30 Maret 2025).
Harapan di Tengah Ketidakpastian
Di tengah ketidakpastian politik, masyarakat Turki tetap berharap Idul Fitri membawa kedamaian dan kebahagiaan. "Semoga Idul Fitri tahun ini membawa berkah bagi kita semua," ujar Mehmet, seorang pedagang di Grand Bazaar. "Semoga ketegangan segera mereda dan kita bisa kembali hidup damai."
Idul Fitri di Turki tahun ini memang terasa berbeda. Di balik tradisi manis "Şeker Bayramı", ada bayang-bayang ketidakpastian. Namun, semangat kebersamaan dan harapan akan masa depan yang lebih baik tetap menyala di hati setiap warga.(*)