Lingkungan

Krisis Iklim Jadi Sorotan Utama dalam Hasanuddin Conference 2025

MAKASSAR, UNHAS.TV - Krisis iklim di Indonesia menjadi sorotan utama dalam Hasanuddin Conference 2025 yang digelar oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Keilmuan dan Penalaran Ilmiah (UKM KPI) Universitas Hasanuddin.

Konferensi ini berlangsung selama dua hari, 14-15 Juni 2025, di Aula Prof. Amiruddin, Fakultas Kedokteran Unhas, dan menghadirkan berbagai pemangku kepentingan untuk membahas tantangan perubahan iklim dari perspektif multidisipliner.

Ketua UKM KPI Unhas, Nurul Dwi Peratiwi, menyebut Hasanuddin Conference sebagai ruang kolaborasi lintas bidang dan generasi.

“Kami ingin membangun pemahaman bersama bahwa krisis iklim bukan hanya isu lingkungan semata, tetapi menyentuh semua aspek kehidupan. Mahasiswa, akademisi, dan pemangku kebijakan harus bergerak bersama,” ujarnya saat membuka kegiatan.

Salah satu sesi utama dalam konferensi ini adalah seminar bertajuk Krisis Iklim di Indonesia dari Perspektif Interdisipliner, yang diikuti oleh mahasiswa, perwakilan himpunan, serta lembaga penalaran ilmiah dari ILP2MI Regional V Makassar.

Seminar ini menghadirkan empat pembicara utama, yakni Nisbah Isnaeny (Pengawas Lingkungan Hidup Madya DLHK Sulsel), Slamet Riadi (Kepala Departemen Riset dan Keterlibatan Publik WALHI Sulsel), akademisi sosiologi Unhas Muh. Adnan Kasogi, serta pakar kebijakan lingkungan.

Para narasumber memaparkan bahwa krisis iklim telah menggeser isu lingkungan menjadi persoalan multidimensi.

“Perubahan suhu daratan dan lautan, naiknya muka air laut, cuaca ekstrem, hingga mencairnya es di wilayah kutub adalah indikator nyata perubahan iklim,” ujar Nisbah Isnaeny.

Slamet Riadi menambahkan bahwa dampak krisis iklim tampak sangat nyata pada sektor pertanian. Ia juga menekankan perlunya edukasi berbasis komunitas untuk menguatkan ketahanan lokal.

“Kita melihat langsung penurunan produksi hasil tani dan kegagalan panen akibat pola cuaca yang tidak menentu,” katanya. 

Sementara itu, dari perspektif sosiologi kesehatan, Muh. Adnan Kasogi menjelaskan bahwa krisis iklim bisa menyebabkan peningkatan penyakit menular, gangguan kesehatan jiwa, dan menurunnya kualitas hidup masyarakat, terutama kelompok rentan.

“Kita tidak hanya bicara tentang suhu bumi, tapi tentang kesehatan dan keberlangsungan hidup manusia itu sendiri,” tegasnya.

Seminar ini diharapkan menjadi pijakan awal dalam membangun kesadaran ekologis di kalangan mahasiswa dan masyarakat umum, sebelum rangkaian konferensi dilanjutkan pada hari kedua.

UKM KPI Unhas menegaskan komitmennya untuk terus menghadirkan diskusi kritis dan solusi berbasis riset guna menjawab tantangan zaman.

Hasanuddin Conference 2025 menjadi pengingat bahwa masa depan iklim bukan hanya tanggung jawab ahli lingkungan, melainkan seluruh elemen bangsa.

(Zulkarnain Jumar Taufik / Rahmatia Ardi / Unhas.TV)