Sport

Laga Sarat Emosi, Mbappe dan Courtois Antar Real Madrid ke Semifinal Penuh Nostalgia




Striker Madrid Kylian Mbappe melakukan tendangan salto untuk bobol gawang Borussia Dortmund (dok. skysports.com)


Selama 90 menit jalannya pertandingan, Real Madrid tampil dominan. Federico Valverde dan Arda Guler sempat nyaris mencetak gol ketiga.

Demikian pula Jude Bellingham, yang malam itu tak bisa berduel dengan sang adik Jobe di kubu Dortmund akibat skorsing, sempat menyia-nyiakan peluang emas menjelang turun minum.

Namun drama sesungguhnya baru meledak di waktu tambahan. Maximilian Beier mencetak gol pertama Dortmund di menit 90+2, memanfaatkan blunder Antonio Rudiger.

Dua menit berselang, Kylian Mbappe menjawab lewat tendangan salto memukau. Ini sebuah isyarat kepada publik New Jersey tentang siapa yang kini memegang panggung.

Mantan bintang PSG itu mencetak gol secara spektakuler seolah mengirimkan salam pembuka untuk pertemuan panas di semifinal.

Tapi drama belum selesai. Bek anyar Real Madrid, Dean Huijsen teledor. Ia menarik Serhou Guirassy di dalam kotak penalti, diganjar kartu merah, dan Guirassy sukses mengeksekusi penalti di menit ke-90+8.

Kedudukan pun menjadi 3-2. Lalu datang sebuah keajaiban di menit ke-99. Sepakan keras Marcel Sabitzer. Tangan Tibout Courtois. Penyelamatan yang mengukuhkan hasil akhir.

"Saya hanya refleks melihat bola datang. Dan tangankku bereaksi secara otomatis untuk menghalaunya," komentar Courtois.

Gonzalo Garcia dan Masa Depan Los Blancos

Sementara itu, di tengah bintang-bintang besar, nama Gonzalo Garcia perlahan bersinar terang. Pemuda 21 tahun jebolan akademi Madrid itu tak hanya menunjukkan insting tajam sebagai nomor 9, tapi juga ketenangan dalam momen-momen besar.

"Dia berada di posisi yang tepat, di waktu yang tepat. Dia striker sejati," puji sang pelatih, Xabi Alonso, yang juga mantan gelandang Real Madrid.

Garcia, dengan empat gol dari lima laga di turnamen ini, menjadi bukti regenerasi lini depan Madrid berjalan mulus, dari Benzema ke generasi baru.

Di sisi lain ada Kylian Mbappe. Pemain yang pernah menjadi lambang kebanggaan Paris kini akan menjadi ancaman terbesar mereka di semifinal.

Gol saltonya ke gawang Dortmund bukan hanya pembuktian kualitas, tapi juga pengingat kepada PSG tentang apa yang telah mereka lepaskan.

Mbappe tampak tenang usai laga. Tak ada selebrasi berlebihan. Hanya tatapan datar ke tribun yang penuh kamera. Mungkin ia tahu, babak yang lebih besar sedang menantinya.

PSG adalah tim yang membesarkan namanya. Laga semfinal kontra Le Parisien akan menjadi ujian berikutnya. Di tempat yang sama, MetLife Stadium, Mbappe akan menantang masa lalunya.

Pertemuan Real Madrid dan PSG di semifinal ini terasa seperti final kepagian. Dua kekuatan Eropa yang sedang bertumbuh dengan wajah-wajah baru, namun tetap diwarnai dendam lama.

PSG datang dengan luka usai kehilangan dua pemain karena kartu merah di laga sebelumnya, namun juga dengan semangat yang membuncah setelah menyingkirkan Bayern Munich.

Madrid, di sisi lain, membawa semuanya, pemain muda yang lapar, bintang senior yang masih bersinar, dan sejarah yang berbicara sendiri.

Di tengah bayang-bayang duka Diogo Jota dan tekanan laga-laga besar, sepak bola sekali lagi menunjukkan wajahnya yang paling manusiawi—emosional, tak terduga, dan terkadang, sangat indah. (*)