Pendidikan

Lagi, 4 Guru Besar Baru Unhas Dikukuhkan, Bidang Antropologi Kekuasaan hingga Vitreoretina Kedokteran


Pada kesempatan pertama, Prof Tasrifin menyampaikan pidatonya mengenai "Kebudayaan dan Kekuasaan : Pemikiran Antropologi Fase 3.0 untuk Masa Depan Kebudayaan di Indonesia".

Saat ini, antropologi berada di fase 3.0 yang menjadi keharusan antropologi hadir cita rasa baru yang berada pada kondisi yang neo-liberal.

Antropologi harus eksis melayani pasar yang mengakumulasi kapital dan mengeksploitasi seluruh sumberdaya baik manusia ataupun alamnya.



Prof Dr Tasrifin Tahara MSi (dok humas Unhas)


Prof Tasrifin mengatakan, era digitalisasi yang semakin maju, karakter hubungan antara disrupsi teknologi dan kebudayaan dalam masyarakat menunjukkan bahwa identitas budaya terancam oleh apropriasi, dilusi dan dominasi budaya.

Disrupsi teknologi yang telah membuka pintu bagi pertukaran budaya yang cepat dan luas mengancam identitas budaya. Budaya lokal seringkali terpinggirkan dan menghadapi risiko hilangnya identitas lokal karena dominasi budaya global yang mainstream.

"Wujud yang paling nyata adalah apropriasi budaya yang menegaskan suatu adopsi atau pemanfaatan kebudayaan oleh orang luar kebudayaan tanpa pemahaman makna dan penghargaan atas sejarah kebudayaan tersebut," ujarnya.

"Kondisi tersebut tidak jarang berisiko, yang memuat kepentingan komersial atau politik, dilusi budaya yang merupakan proses mencairnya budaya akibat kontestasi dalam wacana media," jelas Prof Tasrifin.

Namun,  secara bersamaan adanya digitalisasi budaya memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi serta pengetahuan terkait suatu kebudayaan dengan cepat dan efisien, digitalisasi budaya memudahkan kelompok dalam melestarikan suatu kebudayaan. 

Prof Tasrifin menjelaskan bahwa penting untuk melibatkan dan memberdayakan komunitas lokal dalam proses digitalisasi, mempromosikan keberagaman budaya, dan melindungi kekayaan budaya yang unik.

"Lalu mengenali dan menghargai asal usul budaya, serta memastikan bahwa ekspresi budaya dihormati dan dilindungi merupakan langkah penting dalam membangun masyarakat yang inklusif dan adil secara budaya," tegasnya.


Respons Fisiologi dan Stress pada Organisme Akuakultur 

>> Baca Selanjutnya