Kesempatan ketiga melakukan orasi pengukuhan, Prof Akbar menyampaikan orasi mengenai “Tantangan Dan Peluang Pengobatan Masa Depan Di Bidang Neurologi”.
Pada kesempatan tersebut, Prof Akbar menjelaskan penyakit neurologi merupakan masalah kesehatan utama di tingkat nasional dan global dan merupakan kontributor terbesar angka kecacatan global dan kontributor terbesar kedua terhadap angka kematian global, sehingga merupakan tantangan kesehatan masyarakat di seluruh dunia.

Prof. Akbar (dok humas Unhas)
Salah satu prioritas lain dalam manajemen penyakit- penyakit neurologi adalah pengembangan pendekatan terapi inovatif untuk menjawab berbagai tantangan dalam penyakit- penyakit yang kompleks.
Permasalahan manajemen penyakit neurologi didasari atas kompleksnya fisiologi sistem saraf, patomekanisme penyakit itu sendiri, ditambah dengan akibat dari interaksi genetik maupun lingkungan.
Drug Discovery tidak akan pernah berhenti selagi demand untuk menutupi therapeutic gap masih ada. Oleh karena itu, salah satu tantangan utama dalam pengembangan obat adalah menggabungkan pendekatan biomedik, bioinformatik, serta neurologi klinis untuk pengembangan senyawa obat maupun untuk modelling penelitian.
Untuk mengawal penerapan neuro-farmakologi yang optimal, maka tidak cukup hanya dari optimalisasi pengembangan obat atau terapi saja.
Namun perlu juga tinjauan menyeluruh terhadap populasi, bukan hanya dari aspek lingkungan tetapi juga molecular profiling seperti karakterisasi genotype yang high-risk terhadap respon terapi sub-optimal.
“Kunci untuk menjawab tantangan ini adalah sumber daya, baik dari sumber daya manusia maupun fasilitas penelitian dan manajemen big data,” jelas Prof Akbar.
"Saat ini sudah dapat dilihat langkah awal untuk implementasi di Indonesia. Kita bisa melihat upaya pendirian organisasi seperti Perhimpunan Genetika Manusia Indonesia (PaGMI)/Indonesian Society of Human Genetics (INASHG)," lanjutnya.
"Dan semakin berkembangnya profiling etnik untuk mencari genotipe high-risk terhadap reaksi obat tidak optimal di beberapa institusi riset dan pendidikan tinggi di Indonesia," paparnya.
Pencegahan Kebutaan Akibat Diabetik Retinopati
>> Baca Selanjutnya