CHICAGO, UNHAS.TV- Sebuah terobosan medis terbaru membawa harapan bagi jutaan orang yang berisiko mengalami serangan jantung dan stroke. Obat baru buatan perusahaan farmasi Eli Lilly, yang diberi nama Lepodisiran, terbukti mampu menurunkan kadar partikel darah berisiko tinggi bernama Lp(a) hingga 94% hanya dengan satu kali suntikan.
Studi yang dipresentasikan dalam pertemuan American College of Cardiology di Chicago serta dipublikasikan dalam jurnal New England Journal of Medicine (30/3) , mengungkapkan bahwa efek Lepodisiran bertahan hingga enam bulan tanpa efek samping yang signifikan.

Lepodisiran: Terobosan Baru dalam Pengobatan Penyakit Jantung – Studi di New England Journal of Medicine (30 Maret 2025) menunjukkan efektivitas RNA Interfering dalam menurunkan kadar Lipoprotein(a), faktor risiko utama serangan jantung dan stroke.
Faktor Risiko yang Jarang Diketahui
Lp(a), atau Lipoprotein(a), adalah partikel kecil dalam darah yang terdiri dari protein dan lemak. Meskipun kadar tinggi Lp(a) telah lama dikaitkan dengan peningkatan risiko serangan jantung dan stroke, pemeriksaan medis terhadap faktor ini masih jarang dilakukan. Sebanyak 1 dari 5 orang di Amerika Serikat—sekitar 64 juta orang—memiliki kadar Lp(a) yang tinggi, tetapi kebanyakan dari mereka tidak menyadarinya karena dokter jarang melakukan tes ini (American Heart Association, 30/3).
Menurut Dr. David Maron, spesialis kardiologi preventif dari Universitas Stanford yang tidak terlibat dalam penelitian ini, hasil temuan Lepodisiran sangat menjanjikan. “Penurunan kadar lipoprotein yang begitu mendalam dan bertahan lama sungguh luar biasa,” ujarnya (NBC News, 30/3).
Namun, para peneliti menekankan bahwa masih diperlukan lebih banyak studi untuk memastikan apakah penurunan Lp(a) benar-benar berdampak pada penurunan angka serangan jantung dan stroke. Uji klinis skala besar untuk Lepodisiran diperkirakan selesai pada tahun 2029, sementara hasil uji coba untuk obat serupa yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Novartis kemungkinan akan keluar tahun depan (Science Daily, 30/3).
Genetik, Bukan Gaya Hidup
Berbeda dengan faktor risiko penyakit jantung lainnya, seperti kolesterol tinggi yang dapat dikontrol melalui pola makan dan olahraga, kadar Lp(a) sepenuhnya ditentukan oleh faktor genetik. Penemuan Lp(a) pertama kali dilakukan pada tahun 1974, dan sejak itu diketahui bahwa orang dengan kadar Lp(a) yang sedikit meningkat memiliki risiko penyakit jantung 25% lebih tinggi. Sementara mereka yang memiliki kadar Lp(a) yang sangat tinggi—sekitar 10% dari populasi dunia—menghadapi risiko dua kali lipat lebih besar terkena serangan jantung atau stroke (Mayo Clinic, Video berjudul "The lowdown on lipoprotein(a)" dipublikasikan pada 27 November 2019).
Dr. Steven Nissen, kardiolog dari Cleveland Clinic yang memimpin beberapa penelitian terkait obat ini, menekankan bahwa faktor ini sering menjadi "penyebab tersembunyi" di balik serangan jantung yang terjadi pada individu muda atau mereka yang tampaknya sehat (The Guardian, 30/3).
"Jika Anda melihat seseorang berusia 40 tahun yang mengalami serangan jantung, Anda harus memeriksa kadar Lp(a) mereka," kata Dr. Nissen. Ia menambahkan bahwa bagi mereka yang memiliki kadar Lp(a) tinggi, pengelolaan faktor risiko lainnya seperti kolesterol dan tekanan darah menjadi lebih penting dari sebelumnya (Medscape, 30/3).
Pentingnya Skrining Sejak Dini
Meskipun tes Lp(a) telah tersedia dan bahkan ditanggung oleh asuransi kesehatan di beberapa negara, jumlah orang yang menjalani tes ini masih sangat sedikit. Sebuah studi menunjukkan bahwa kurang dari 1% populasi di Amerika pernah menjalani tes Lp(a), dan hanya 3% dari mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung yang mengetahuinya (Harvard Health, Maret 2025).
Dr. Martha Gulati, spesialis kardiologi dari Cedars-Sinai Medical Center, percaya bahwa setiap orang seharusnya menjalani tes Lp(a) setidaknya sekali dalam hidupnya. Hal ini karena kadar Lp(a) tidak berubah seiring waktu, berbeda dengan kadar kolesterol atau tekanan darah yang bisa berfluktuasi (Forbes Health, 30/3).