Mahasiswa
Nasional

Mahasiswa FIB Unhas Dalami Kebudayaan Islam di Islamic Cultural Center Jakarta

undefined

JAKARTA, UNHAS.TV— Bagi sekelompok mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin (FIB Unhas), kunjungan studi ke Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta bukan sekadar agenda akademik, melainkan perjalanan intelektual dan kultural untuk menapaki denyut kebesaran peradaban Islam yang berpadu dengan budaya Persia.

Dalam atmosfer ruang penuh ornamen kaligrafi, mozaik keramik Persia, dan rak-rak buku berisi karya klasik, mahasiswa FIB Unhas seolah menyaksikan langsung bagaimana Islam sebagai peradaban besar menjelma dalam bentuk seni, ilmu, dan spiritualitas yang harmonis.

Salah satu peserta, Fifi Fitriana, mengungkapkan kekagumannya atas pengalaman tersebut.

“Selama ini kami hanya mengenal Persia dan kebudayaan Islam melalui teks dan kuliah. Tapi di ICC, kami seperti memasuki ruang nyata peradaban itu — sebuah panorama di mana ilmu, estetika, dan spiritualitas berpadu. Saya benar-benar merasakan aura kebesaran kebudayaan Islam yang tumbuh dari akar Persia,” ujarnya dengan mata berbinar.

Pernyataan Fifi menggambarkan bagaimana Islam Persia memainkan peran monumental dalam sejarah pemikiran dan kebudayaan dunia Islam — melahirkan tradisi filsafat yang mendalam, arsitektur yang megah, serta sistem pengetahuan yang membentuk dasar humaniora modern. Dari karya-karya tokoh seperti Ibn Sina, Suhrawardi, hingga Mulla Sadra, peradaban Islam Persia menghadirkan gagasan bahwa ilmu bukan hanya alat, melainkan sarana memahami keindahan dan keesaan Tuhan.

Kunjungan ini menjadi semakin bermakna ketika para mahasiswa bertemu dengan Dr. Akmal Kamil, Wakil Direktur ICC Bidang Riset, yang memaparkan misi ICC sebagai pusat kajian dan pengembangan kebudayaan Islam di Indonesia. Ia menjelaskan bahwa ICC bukan hanya wadah diplomasi budaya, tetapi juga ruang dialog lintas peradaban yang menghubungkan tradisi intelektual Islam Iran dengan dunia akademik Indonesia.

“Kami di ICC berupaya menjembatani nilai-nilai Islam dengan dunia pengetahuan modern. Melalui riset, seminar, dan kolaborasi dengan universitas, kami ingin menunjukkan bahwa Islam memiliki warisan intelektual yang mampu menuntun arah kebudayaan dunia,” tutur Dr. Akmal.

Ia juga menyinggung tentang kerja sama dan solidaritas antara Iran dan Indonesia dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina, serta memperkenalkan peluang beasiswa studi ke Iran bagi mahasiswa Indonesia yang ingin memperdalam ilmu agama, sosial, dan humaniora. ICC menjadi penghubung resmi untuk proses pendaftaran dan seleksi ke berbagai universitas terkemuka di Teheran, Qom, dan Mashhad.

Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin (FIB Unhas) berdialog dengan Dr. Akmal Kamil, Wakil Direktur Islamic Cultural Center (ICC) Bidang Riset, di ruang perpustakaan ICC Jakarta, Jumat (17/10). Mahasiswa FIB Unhas menyimak penjelasan mendalam tentang peradaban Islam dan budaya Persia di Islamic Cultural Center Jakarta, memperluas wawasan humaniora lintas peradaban melalui dialog akademik dan kultural.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin (FIB Unhas) berdialog dengan Dr. Akmal Kamil, Wakil Direktur Islamic Cultural Center (ICC) Bidang Riset, di ruang perpustakaan ICC Jakarta, Jumat (17/10). Mahasiswa FIB Unhas menyimak penjelasan mendalam tentang peradaban Islam dan budaya Persia di Islamic Cultural Center Jakarta, memperluas wawasan humaniora lintas peradaban melalui dialog akademik dan kultural.


Selain berdialog, mahasiswa Unhas juga diajak berkeliling menyusuri ruang-ruang penting di ICC: perpustakaan, toko buku, ruang pamer cendera mata, serta Husaniyyah, pusat kegiatan intelektual dan spiritual. Dalam tur tersebut, mereka menyaksikan langsung akulturasi budaya Nusantara dan Persia yang tampak pada arsitektur dan interior gedung.

“Ornamen gedung ICC merefleksikan perpaduan dua peradaban Islam yang besar — Persia dan Nusantara. Ada kaligrafi keramik khas Persia berdampingan dengan ukiran kayu Jepara. Inilah simbol dialog yang memperkaya satu sama lain,” jelas Dr. Akmal Kamil.

Kunjungan ini tidak hanya memberi pengalaman visual, tetapi juga memperluas kesadaran mahasiswa akan pentingnya studi lintas budaya dan peradaban dalam ilmu humaniora. Melalui kegiatan seperti ini, Unhas menegaskan komitmennya sebagai universitas yang tidak hanya menumbuhkan pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan kepekaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, kebudayaan, dan spiritualitas global.

Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta sendiri, yang berdiri sejak awal 2000-an di bawah Kedutaan Besar Republik Islam Iran, aktif menyelenggarakan kursus bahasa Persia (Farsi), kelas filsafat Islam, serta menerbitkan karya klasik seperti Nahj al-Balaghah, Risalah al-Huquq, dan Shahifah Sajjadiyah. Lembaga ini juga menjalin kerja sama akademik dengan berbagai universitas di Indonesia — termasuk Unhas, UIN, UGM, dan BRIN — dalam bentuk seminar, riset bersama, dan pertukaran ilmiah ke universitas-universitas di Iran.

Kunjungan mahasiswa FIB Unhas ke Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta merupakan bagian dari rangkaian program ilmiah riset dan pengembangan manuskrip yang dilaksanakan atas pendanaan Yayasan Arsari Djojohadikusumo, bekerja sama dengan Pusat Riset Manuskrip, Lontaraq, dan Tradisi Lisan (PR MLTL) BRIN, serta Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin. Selama empat hari berada di Jakarta (15–18 Oktober 2025), para mahasiswa mengikuti berbagai kegiatan akademik dan kebudayaan yang difasilitasi oleh sejumlah lembaga nasional, termasuk BRIN, ICC Jakarta, dan Perpustakaan Nasional RI.

Melalui kegiatan lintas institusi ini, mahasiswa FIB Unhas tidak hanya memperluas wawasan tentang kebudayaan Islam-Persia, tetapi juga memperdalam pemahaman mereka terhadap naskah, tradisi intelektual, dan akar peradaban Nusantara dalam konteks global. Di akhir perjalanan, mereka membawa pulang bukan sekadar pengalaman, tetapi kesadaran baru — bahwa ilmu humaniora sejati tumbuh dari dialog tanpa batas antara masa lalu dan masa depan, lokalitas dan kosmos, budaya dan kemanusiaan.(*)