GOWA, UNHAS.TV—Di tengah gempuran teknologi, sekelompok mahasiswa dari Universitas Hasanuddin (Unhas) hadir membawa angin segar bagi dunia literasi anak-anak. Mereka tak hanya mengajak anak-anak membaca, tetapi juga menantang mereka untuk menjadi penulis cerita.
Berbekal semangat untuk menumbuhkan minat baca dan kreativitas menulis, program bernama "Satu Buku, Seribu Kisah" ini digagas. Selama seminggu penuh, mulai 26 Juli hingga 2 Agustus 2025, program ini menyentuh tiga sekolah dasar di Kabupaten Gowa: SDI Passuakkang, SDI Pannyikokang, dan SDI Tamalatea. Sasaran utamanya adalah siswa-siswi kelas 5 dan 6 yang sedang berada di masa emas imajinasi.
"Kami ingin menunjukkan bahwa membaca bukan sekadar kegiatan, tetapi juga sumber inspirasi tanpa batas," ujar Misael, sang penanggung jawab program. Ia menjelaskan bahwa tujuan utama program ini adalah mengubah cara pandang anak-anak terhadap kegiatan menulis. "Dengan metode ini, kami berharap anak-anak tidak lagi merasa kesulitan saat harus menulis cerita karena mereka sudah memiliki dasar dari buku yang dibaca."

Mahasiswa Unhas membimbing siswa SD dalam program "Satu Buku, Seribu Kisah" di Kabupaten Gowa, menumbuhkan minat baca dan kreativitas menulis melalui kegiatan yang interaktif dan menyenangkan. Kredit: KKN Unhas.
Perjalanan Menuju Penulis Cilik
Prosesnya dirancang menarik dan interaktif. Di hari pertama, suasana kelas dipenuhi kehangatan saat para siswa diajak membaca buku cerita bersama. Buku-buku yang disiapkan bervariasi, dari dongeng klasik hingga kisah petualangan yang mendebarkan. Sesi membaca ini kemudian dilanjutkan dengan diskusi singkat untuk memastikan setiap siswa benar-benar memahami isi cerita.
Namun, bagian paling seru baru dimulai. Selama dua hari berikutnya, para siswa diajak untuk menjadi sutradara dan penulis cerita mereka sendiri. Mereka diberi tantangan untuk mengembangkan cerita dari buku yang telah mereka baca. Aturan mainnya bebas: mengubah alur, menciptakan karakter baru, atau bahkan memberikan akhir cerita yang tak terduga, semua tergantung pada imajinasi mereka.
Antusiasme siswa pun memuncak saat tiba di sesi evaluasi. Karya-karya terbaik dari setiap sekolah diseleksi, bukan sekadar untuk mencari pemenang, melainkan sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras mereka. Sebagai hadiah, karya-karya terpilih ini akan dibukukan dalam sebuah antologi sederhana, sebuah kenang-kenangan yang tak hanya memotivasi tetapi juga menumbuhkan rasa bangga di hati mereka.
"Satu Buku, Seribu Kisah" bukan sekadar program, melainkan sebuah inisiatif yang diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak pihak untuk terus mendukung peningkatan literasi di Indonesia, sekaligus membuktikan bahwa setiap anak memiliki potensi untuk menjadi seorang penulis hebat.(*)